ZULFAKHRI AUZAR
Menulis, merupakan cara saya untuk menasihati diri...
Tuesday, April 5, 2011
My Self-Preaching Note on Facebook (41-50)
Negative thinking and prejudice keep you and your world small.
(self-preaching note #41)
Mereka yang diakui sebagai golongan orang dewasa yang cerdas
ialah mereka yang hingga dewasa memiliki keberanian untuk berbicara
dan mengekspresikan diri mereka.
Akan tetapi...
Mereka yang disebut sebagai yang bijaksana ialah mereka
yang setelah dewasa cerdas memutuskan kapan untuk berbicara
dan cerdas memilih cara berespons.
(self-preaching note #42)
This is not about which one.
This is about how.
(self-preaching note #43)
When the question "what makes you success?" is asked,
the smart person will answer:"Because I am a smart person."
While the lovely and graceful person will answer:
"It is all about my mother (or father or parent)."
(self-preaching note #44)
There!! King's Speech and Colin Firth won the Oscar 2011.
Just a lesson, that life is about the intrinsic value, not the outer...:)
(self-preaching note #45)
Life is a long process of finding of the absolute and one truth.
That's the reason we are instructed to read and pay attention to it.
It's dynamic and our inability to understand all,
cause us hurting each other.
By this reason, a compulsory to us to always do the virtue and be good.
Perhaps, the God always smiles yonder up there...:)
(self-preaching note #46)
At the end of the day, when you are ready to sleep, you turn the soft music on.
It remains you that the happiness of life
is there within the respect and adoration of its greatness.
This is why you can keep your dreams for the betterment of life,
no matter how hard it is.
Karena hanya orang baik yang bisa merasakan keharuan
dan kesyahduan kehidupan. :)
(self-preaching note #47)
We live on earth having the job and roles.
But this job and roles never make you forget to live as a human.
Being as human is the greatest job and rule living on earth.
(self-preaching note #48).
Ada dunia dan kehidupan yang lebih besar daripada rasa takut
dan kekhawatiran yang sebenarnya perkara kecil ini.
Tia (dia) ialah kondisi di masa depan dengan kepercayaan akan visi yang mulia.
Merupakan penghargaan besar dan manifestasi rasa syukur
terhadap kehidupan dan kepada Sang Pemilik
untuk melakukan hal-hal besar untuk kebaikan.
(self-preaching note #49)
If it is not done by me, who? If it is not now, when?
Memang selalu ada harga untuk segala sesuatu.
Ya Tuhan, rahmati aku untuk tetap besar dan percaya.
Buat aku mengerti...:)
(self-preaching note #50)
My Self-Preaching Note on Facebook (31-40)
Will you still think judging a person is an easy thing and can be done without emphatic thinking?
Though, law supremacy can't be forgotten.
(self-preaching note #31)
Knowledge is both the highly good values and the plain informations.
That's way to educate people we need the glorious role models
and sophisticated information infrastructure to fulfill students' need toward the information.
We are now talking about professionalism and spiritualism in education.
(self-preaching note #32)
In process of getting out of your comfort zone,
you may find and receive the slightly negative expressions.
It's not about them, it's all about learning process of you.
But, be happy, that is how you are made to be wise and to master your new zone. :)
(self-preaching note #33)
While the discipline can't, the wisdom can embrace all people, all interests, and all problems.
That's the reason the wisdom is a common language.
(self-preaching note #34)
That's the reason the wisdom is a common language.
(self-preaching note #34)
Tuhan mengajurkan untuk membaca teks dan konteks kehidupan,
agar insan mengerti dan menghaluskan budi pekerti,
yang dalam perjalanan panjang pembacaan tersebut
menjadikan mereka bijaksana, nantinya.
Kesantunan dan saling penghormatan
ialah anasir-anasir pembentuk kebesaran kehidupan.
agar insan mengerti dan menghaluskan budi pekerti,
yang dalam perjalanan panjang pembacaan tersebut
menjadikan mereka bijaksana, nantinya.
Kesantunan dan saling penghormatan
ialah anasir-anasir pembentuk kebesaran kehidupan.
ikapun kebijaksanaan, kesantunan, dan penghormatan itu sulit,
apakah benar untuk menghentikan keberadaan insan lain di kehidupan?
Apakah iya membangun kemuliaan dan kemegahan di kehidupan nantinya
dengan tindakan kasar dan tidak manusiawi?
Apakah iya nasihat-nasihat yang tujuannya untuk kebaikan kehidupan itu seperti itu?
(self-preaching note #35)
apakah benar untuk menghentikan keberadaan insan lain di kehidupan?
Apakah iya membangun kemuliaan dan kemegahan di kehidupan nantinya
dengan tindakan kasar dan tidak manusiawi?
Apakah iya nasihat-nasihat yang tujuannya untuk kebaikan kehidupan itu seperti itu?
(self-preaching note #35)
Sesekali manusia harus menemukan dirinya dalam kehidupan
berada dalam kelompok minoritas, tak berkewenangan besar, dan tak berdaya kuat.
Agar,
ketika menjadi majoritas, berkewenangan besar, dan berdaya kuat,
dapat mengerti, berkasih sayang, menghormati, dan perhatian
kepada mereka yang minoritas, tak berkewenangan besar, dan tak berdaya kuat itu.
(self-preaching note #36)
berada dalam kelompok minoritas, tak berkewenangan besar, dan tak berdaya kuat.
Agar,
ketika menjadi majoritas, berkewenangan besar, dan berdaya kuat,
dapat mengerti, berkasih sayang, menghormati, dan perhatian
kepada mereka yang minoritas, tak berkewenangan besar, dan tak berdaya kuat itu.
(self-preaching note #36)
Mereka yang merasa "secure" dengan diri sendiri
tidak pernah merasa terancam, atau
merasa kebebasan dan keleluasaan diri mereka berkurang
ketika orang lain mendapatkan kebebasan dan keleluasaan.
Mereka hanya telah menemukan kepenuhan dan kemantapan hati
dari pembacaan nasihat-nasihat yang terhampar luas di kehidupan.
(self-preaching note #37)
tidak pernah merasa terancam, atau
merasa kebebasan dan keleluasaan diri mereka berkurang
ketika orang lain mendapatkan kebebasan dan keleluasaan.
Mereka hanya telah menemukan kepenuhan dan kemantapan hati
dari pembacaan nasihat-nasihat yang terhampar luas di kehidupan.
(self-preaching note #37)
Peliknya perihal agama
ialah ketika satu atau sedikit penganutnya
berperilaku tidak hormat kepada penganut agama lain
atau menstigma negatif kepada agama lain,
seolah-olah agama yang dianut mengajarkan seperti itu.
Sementara,
agama sangat bergantung dari interpretasi penganut per individu.
ialah ketika satu atau sedikit penganutnya
berperilaku tidak hormat kepada penganut agama lain
atau menstigma negatif kepada agama lain,
seolah-olah agama yang dianut mengajarkan seperti itu.
Sementara,
agama sangat bergantung dari interpretasi penganut per individu.
Mahalnya, hebatnya, dan agungnya suatu agama dalam hati kita yang kita yakini
sehingga posisinya mantap di hati,
ialah justru ketika dia direndahkan atau disalahkan
dan membuat kita tertekan sebagai penganutnya,
namun kita hanya tersenyum dengan kekeliruan pengertian
dari mereka yang lain itu.
(self-preaching note #38)
sehingga posisinya mantap di hati,
ialah justru ketika dia direndahkan atau disalahkan
dan membuat kita tertekan sebagai penganutnya,
namun kita hanya tersenyum dengan kekeliruan pengertian
dari mereka yang lain itu.
(self-preaching note #38)
Penggunaan bahasa asing atau istilah-istilah akademik yang tinggi
memang berhasil mencitrakan seorang pemimpin
sebagai seseorang terdidik atau terpelajar dengan baik.
Namun, hanya pemimpin yang bicaranya sederhana namun dari hati
yang mendapatkan hati dan cinta dari orang-orangnya.
memang berhasil mencitrakan seorang pemimpin
sebagai seseorang terdidik atau terpelajar dengan baik.
Namun, hanya pemimpin yang bicaranya sederhana namun dari hati
yang mendapatkan hati dan cinta dari orang-orangnya.
Apalagi kecerdasan yang tinggi selain mengerti dan bisa berempati
kepada orang lain, terutama kepada mereka yang dipimpinnya?
Mungkin itu yang membedakan pemimpin pintar dengan pemimpin yang agung.
Hidup terlalu mudah ketika hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi
dan membentuk diri sendiri.
(self-preaching note #39)
kepada orang lain, terutama kepada mereka yang dipimpinnya?
Mungkin itu yang membedakan pemimpin pintar dengan pemimpin yang agung.
Hidup terlalu mudah ketika hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi
dan membentuk diri sendiri.
(self-preaching note #39)
Seperti antara keluarga dan pekerjaan yang sering dikeluhkan banyak orang
tentang bagaimana cara mendapatkan keseimbangan di dalamnya--
alih-alih menjadikan meretia (mereka) dua kutub yang saling meniadakan dan melupakan,
begitupun halnya antara agama dengan penghormatan atau kasih sayang.
Mengapa ada orang-orang besar, alim, dan tulus taat kepada agamanya,
namun juga baik, mengerti dan hormat kepada orang lain dan kepercayaannya, bijaksana, dan bahkan mulia bagi semua lapisan horisontal agama itu?
tentang bagaimana cara mendapatkan keseimbangan di dalamnya--
alih-alih menjadikan meretia (mereka) dua kutub yang saling meniadakan dan melupakan,
begitupun halnya antara agama dengan penghormatan atau kasih sayang.
Mengapa ada orang-orang besar, alim, dan tulus taat kepada agamanya,
namun juga baik, mengerti dan hormat kepada orang lain dan kepercayaannya, bijaksana, dan bahkan mulia bagi semua lapisan horisontal agama itu?
Agama memang bukan budaya, tia (dia) nilai luhur yang sifatnya "rigid" dari atas sana.
Namun jangan lupa, cara kita dibesarkan, cara merespon, dan berpola pikir,
semuanya dipengaruhi oleh, bahkan itu budaya kita sendiri.
Namun jangan lupa, cara kita dibesarkan, cara merespon, dan berpola pikir,
semuanya dipengaruhi oleh, bahkan itu budaya kita sendiri.
Mungkin kita harus memisahkan terlebih dahulu pendidikan pembentukan pribadi yang "fair" terhadap diri sendiri dan kehidupan,
dengan pendidikan untuk pemahaman dan peresapan nasihat-nasihat agama,
di pikiran dan di hati, yang kemudian menjadi tindakan yang saksama dan matang.
dengan pendidikan untuk pemahaman dan peresapan nasihat-nasihat agama,
di pikiran dan di hati, yang kemudian menjadi tindakan yang saksama dan matang.
Apakah dia yang disebut suri tauladan itu, terlahir sebagai nabi dulu baru kemudian menjadi orang baik, mulia, luhur, dan mampu memimpin dirinya sendiri, atau sebaliknya?
Bagaimana bisa nasihat-nasihat agama membelakangi nurani?
(self-preaching note#40)
Bagaimana bisa nasihat-nasihat agama membelakangi nurani?
(self-preaching note#40)
Program Besar Itu
DARI DUNIA, MENYAPA KOTABARU
Program Pembuka Wawasan dan Pembangun Kesadaran
Siswi-siswa Kotabaru
Oleh: Zulfakhri Auzar
Latar Belakang
Program ini didasari oleh keyakinan bahwa setiap pribadi memiliki potensi yang sama untuk mencapai visi dan impiannya di masa depan. Potensi yang sama bukan berarti bahwa bakat atau tingkat kemampuan dari bidang atau ketertarikan tertentu sama, melainkan sebuah keyakinan internal setiap pribadi bahwa dirinya bisa menjadi apa saja di masa depan dengan membayar keharusan-keharusan untuk mencapainya.
Kenyataannya, masih banyak siswi-siswa yang masih belum memiliki keberanian dan kepercayaan diri terhadap potensi diri dan kemungkinan-kemungkinan mereka untuk bisa menjadi apa di masa depan. Ketidakberanian dan ketidakpercayaan diri ini mungkin merupakan pengaruh dari faktor-faktor eksternal (orang tua, guru, lingkungan, teman, dan kultur) yang berlangsung alamiah dalam keseharian yang membentuk paradigma berpikir yang keliru bagi mereka, maupun ketidaktahuan mereka selama ini dengan terbatasnya aksesibilitas informasi-informasi (buku-buku dan media online) yang menunjang pembentukan keberanian dan kepercayaan tersebut.
Acara ini didesain untuk mencoba meruntuhkan paradigma keliru tersebut dan berbagi pengetahuan kepada siswi-siswa setingkat SMA, MA, dan SMK di Kotabaru dari lima mahasiswi-mahasiswa negara asing (Australia, Kanada, dan Belanda) dan satu mahasiswa dari Indonesia (Kotabaru), dalam pendekatannya yang bersifat inspirasional dan motivasional.
Program ini juga didesain untuk mengingatkan siswi-siswa akan pentingnya pendidikan bagi mereka. Siswi-siswa diajak agar berani bermimpi dan berkeinginan untuk terus melanjutkan pendidikan dan mengaplikasikan prinsip untuk selalu belajar seumur hidup, tidak memandang bagaimana tidak mungkinnya atau sulitnya keadaan kehidupan mereka saat ini untuk mereka memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Siswi-siswa diajak untuk meyakini bahwa kehidupan memiliki banyak skenario yang memungkinkan mereka mencapai impian di masa depan, sepanjang mereka percaya dan bekerja keras untuk mencapainya.
Meskipun memfokuskan pada pembangunan kesadaran dan pembukaan wawasan siswi-siswa, acara ini juga dimaksudkan secara tidak langsung untuk lebih meningkatkan kesadaran pihak lebih luas–pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta–akan pentingya keterlibatan mereka terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Kotabaru. The education is the business of every person. Peningkatan kualitas pendidikan di manapun itu adalah urusan atau kewajiban bagi setiap pihak, karena kualitas kehidupan, yang merupakan kepentingan setiap orang, sangat bergantung pada kualitas pendidikan.
Pemerintah diharapkan lebih banyak berpikir strategik mengenai penciptaan program-program terobosan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini mensyaratkan pemerintah untuk mampu dengan berbagai cara dan berpikir tidak biasa (thinking out of the box) menciptakan sesuatu yang baru, hebat, dan futuristik. Pemerintah harus mampu merubah kultur masyarakat yang masih kurang concern dan peduli dengan pendidikan–terutama budaya baca–menjadi sebuah kebiasaan baru yang lebih concern dan peduli. Pemerintah harus menciptakan berbagai insentif dan stimulan untuk itu.
Masyarakat melalui perannya apakah sebagai orang tua ataupun komunitas yang tinggal dekat dan bersama dengan siswi-siswa (dan anak-anak dalam konteks yang lebih luas), harus lebih berinisiatif untuk menciptakan lingkungan kondusif bagi siswi-siswa dalam mengenyam pendidikan. Masyarakat harus sudah sedari dini menyadari bahwa sesuatu yang layak bagi usaha maksimal dan harus mendapat perhatian penuh dalam kehidupan tidak lain ialah memastikan anak-anak mereka ataupun bukan, untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Pihak swasta juga harus terlibat proaktif dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kontribusi dan sumbangsih mereka terhadap kualitas pendidikan sangat dibutuhkan, apakah itu melalui program tanggung jawab sosial korporatnya (corporate social responsibility), maupun pemilihan model busines yang concern dan fokusnya ialah pada peningkatan kualitas pendidikan. Satu pertanyaan yang berkesadaran pendidikan ialah: apakah sudah ada toko buku yang representatif untuk peningkatan kualitas pendidikan dan peningkatan diseminasi informasi bagi siswi-siswa maupun masyarakat luas di Kotabaru? Jawabannya ialah mutlak belum!
Segala masalah yang ada akar utama masalahnya ialah pendidikan, apakah itu perilaku koruptif pejabat, kenakalan remaja, kurangnya saling menghargai di antara individu, kemiskinan, kejahatan sosial, bahkan ketidakpedulian dengan lingkungan dan berbagai perilaku negatif lainnya. Titik awal pemberangkatan dari usaha peningkatan kualitas kehidupan ialah peningkatan kualitas pendidikan.
Nama Program
Nama program ialah “Dari Dunia Menyapa Kotabaru”.
Slogan (Tag Line)
Slogan yang diangkat pada program ini ialah: “This is the education that elevates”. Hanya pendidikan yang mengangkat manusia. Mengangkat dalam artian di sini ialah peran pendidikan untuk peningkatan kualitas dan status berbagai sisi kehidupan. Namun, yang lebih utamanya ialah peningkatan kualitas ekonomi dan status sosial, dan kualitas hubungan manusia dengan Tuhan-Nya.
Program satu hari yang sifatnya inspirasional, motivasional, dan pembangunan penghargaan (respect) terhadap diri sendiri (self-esteem) dan kepercayaan akan diri sendiri (self-confidence). Sesi-sesi yang dilaksanakan dalam program–urutannya–ialah:
1. Presentasi tentang pendidikan di negara-negara yang terwakilkan oleh masing-masing mahasiswi-mahasiswa asing, serta refleksi dan pengalaman pribadi mengenai pendidikan dari setiap mahasiswi-mahasiswa.
2. Tanya jawab
3. Bincang-bincang dalam kelompok yang dibagi, yang di dalamnya ada satu mahasiswa asing, dengan tujuan untuk siswi-siswa memiliki pengalaman berinteraksi secara langsung dengan mahasiswa asing.
4. Penghadiahan buku (berjumlah 6 buah) novel inspirasional yang berjudul Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna bagi mereka yang berani bertanya setelah sesi presentasi (poin 1).
Tujuan
Tujuan dari program ini ialah agar:
1. Terbangunnya pengetahuan dan kesadaran pada siswi-siswa bahwa segala visi dan impian di masa depan itu mungkin, sepanjang terbayarnya harga yang melekat pada visi dan impian tersebut. Hasilnya kemudian ialah siswi-siswa berani memvisikan banyak hal dan bermimpi akan masa depan.
2. Terbangunnya konsep penghargaan (respect) terhadap diri (self-esteem) di masing-masing pikiran siswi-siswa sebagai bekal penempuhan visi dan impian masa depan.
3. Terbangunnya kesadaran akan potensi pribadi dan kepercayaan diri siswi-siswa dalam mencapai visi dan impian masa depan.
Mahasiswi dan mahasiswa yang terlibat dalam program ini ialah:
1. Zulfakhri Auzar (Kotabaru, Indonesia)
2. Ben Christensen (Australia)
3. Jasmine Skene (Australia)
4. John-Paul Kenyon (Australia)
5. Caroline Scott-Charles (Kanada), dan
6. Rick Kelderman (Belanda)
Waktu dan Tempat Program
Program dilakukan dalam satu hari, yaitu Sabtu, 26 Maret 2011; dilakukan di dua tempat, yaitu: (1) SMAN 2 Kotabaru–untuk siswi-siswa SMA dan MA, dari jam 8.30 s.d. 11.30; dan kemudian di (2) SMKN 1 Kotabaru–untuk siswi-siswa SMK, dari jam 12.00 s.d.14.30.
Tuesday, March 8, 2011
Rencana Besar Itu
Jauh-jauh hari sebelum seorang anak kecil mengganti bola lampu kamarnya untuk penerangan yang lebih baik untuk belajar pada senja kemarin, telah ada seseorang yang bertungkus lumus yang mempercayai dan mengerjakan gambaran mental penciptaan lampu pijar di kepalanya. Seseorang tersebut melakukannya bahkan di saat orang lain sama sekali bukan hanya tidak mampu melihat gambaran mental itu, mengira bahwa ternyata ada kebutuhan seperti itu dalam kehidupan saja tidak. Itu kenapa orang-orang seperti dia disebut pemimpin.
7 Maret, Senin pagi, aku sudah terbangun dengan tidur yang hanya berdurasi sekitar mungkin tidak lebih dari empat jam. Empat jam sebelumnya aku mengantar one of my best friend or alter ego ke Stasiun Tugu Jogjakarta untuk kepergiannya ke Surabaya, yang akan dilanjutkan pukul tiga sore-nya ke Thailand. Di satu sisi dia my alter ego, tetapi di sisi lain juga marketer pribadi tidak langsung, dan secara sukarela. Melaluinya, aku sangat memercayai mouth-to-mouth marketing itu sangat powerful.
Kemampuannya ‘menjual’ diriku kepada orang lain telah memosisikanku untuk mendekati kepada wanita-wanita hebat—yang walaupun akhirnya tidak berhasil, dan menjadikanku salah satu anggota organisasi super di Jogjakarta. Dia memaksaku keluar dari zona nyamanku selama ini dan harus mempelajari banyak hal kembali, bahkan untuk hal-hal yang di masa lalu tidak ku sukai. Mau tahu apakah itu? Aku harus menyukai Biologi, Fisika, Sejarah, dan mata pelajaran lainnya di organisasi super itu untuk membimbing adik-adik SMA di Jogjakarta. I’m not thinking I’m not capable of, but I never involve myself in this kind of competition. I don’t know the real realm of it and having no soul of it. I’m afraid to misguide you my younger brothers or sisters. But, I am willing to help you by doing my best. J
Sementara untuk memposisikanku untuk mendekati kepada wanita-wanita hebat…, Oh, I don’t want to discuss about it. Hahaha. Seolah dia melihat bahwa prinsipku bahwa jomblo-itu-life-style seperti sebuah penderitaan batin yang berkepanjangan. Paragraf ini murni bercanda. Hahaha.
Well, hari ini aku ada janji konsultasi dengan dosen pembimbing Pak Mulyadi. Beliau ialah seorang pembimbing yang perfeksionis. Pesannya, jangan pernah menulis sesuatu tanpa tahu artinya. Jangan pernah mengetik jika tidak dibaca kembali, berulang-ulang! Jangan pernah ngasal dalam segala hal dalam melakukan skripsi! He is the best. Kalau ada cerita seorang dosen pembimbing menanyakan progres tulisanmu melalui email dan mengucapkan selamat tahun baru beserta doanya melalusi sms berbahasa Inggris, beliaulah orangnya, dan itu dilakukan kepadaku. Hebatkan? Yah, kita berdua memang punya life style keren seperti itu dalam menjalani kehidupan. Lho? Hahaha, kidding readers. Tapi, email dan sms itu betul. Sombong ah…Hahaha.
Setelah di pagi hari membuka akun Facebook-ku dan berpikir apa rencana hari ini dan sedikit membersihkan kamar dan menyibukkan diri untuk kebersihan badan (mandi maksudnya J), aku tiba di parkiran kampus. It is full. Tapi aku mencoba masuk, dan masih ada beberapa space kosong.
Back to campus again. Seeing many new faces and you haven’t graduated yet. Again, this is life style. Lho? J
Aku mengetuk pintu dua kali dengan masing-masing tiga ketukan. Suara beliau mempersilakan membuka. Namun ketika ku buka pintu, beliau sedang melayani seorang tamu. So, aku menunggu dulu. Lesehan di depan ruangan beliau sambil memperhatikan orang-orang lewat dan beberapa dosen yang tak ku kenal. Mungkin mereka berkata dalam hati kepadaku, “skripsi itu bukan hanya tentang membaca literature dan menulis Dude, tapi juga menunggu manis.”
Tidak berapa lama, tamu tersebut keluar, dan aku masuk. Beliau mempersilakanku duduk di kursi di depan beliau. Kami dipisahkan oleh meja besar beliau. And evaluation starts to work. Begitu banyak kesalahan penulisan yang aku lakukan. Dengarkan ini.
“Ini apa ini kata ‘dari’ dimasukkan di sini. Kalau saya katakan begini betul tidak?: Ini baju daripada saya. Saya teman daripada anda.”
Aku tertawa kecut kecil dan menjawab, “salah Pak.”
“Nah , itu dia!”
Kesalahan-kesalahan lain dengan tipe sama lain bergerombol menyusul.
Namun di tengah proses ini, tiba-tiba seorang tamu lain masuk--setelah tamu ini menelpon telpon kantor beliau beberapa menit lalu. Mereka sepertinya membicarakan mengenai pajak penghasilan yang akan dibayar oleh Pak Mulyadi. Namun setelah hampir selesai dalam bincang singkat mereka, Pak Mulyadi mengatakan kalimat bahwa beliau akan pensiun tahun depan kepada tamu ini.
What?! Jreeng…
Tamu tersebut pergi meninggalkan ruangan, aku mengkonfirmasi beliau.
“Bapak mau pensiun?”
“Iya, saya ingin menggunakan hak satu tahun cuti saya untuk menulis buku. Ketika mengajar saja saya menulis buku, apalagi nanti, saya mau fokus.”
Aku yang curious dan agak khawatir ini bertanya kembali.
“Tapi bagaimana jika ada mahasiswa Bapak yang belum lulus?”
“Oh tidak apa-apa. Saya akan masih tetap mengajar.”
“Oh begitu Pak.” Senyum lega dengan nafas keluar deras.
Meskipun cukup lama proses ini berlangsung, namun akhirnya bimbinganku hari ini berakhir juga. Selalu, kami tidak hanya mendiskusikan mengenai skripsiku, tetapi juga topik atau tema lain yang beliau ceritakan atau yang aku tanyakan. Dari mulai mengenai Ahmadiyah, politikus, buku-buku, dst. Itu juga sudah selesai. Aku menyisipkan pemberitahuan dan pertanyaan terakhir kepada beliau.
“Pak, saya ini punya rencana …(censored)…Jadi tujuannya untuk merubah mindset mereka, dan mungkin Bapak memiliki nasihat atau masukan kepada saya tentang hal ini.”
Aku mengatakannya dengan lirih. Sebelum mengatakannya, aku berpikir cepat apakah akan mengatakannya atau tidak. Aku khawatir ini akan menjadi tombol yang salah yang aku tekan di siang ini. Beliau mungkin saja kecewa atau marah karena aku seolah menduakan tugas mengerjakan skripsi dengan hal lain. Tapi, decision has been made with calculated risk. Paling-paling beliau akan memarahiku.
Namun beliau menjawab.
“Fakhri itu mulia sekali. Mereka perlu untuk melihat perspektif lain.”
Suasana kemudian menjadi haru. Suara beliau terdengar berubah, serak seperti ketika kita meneteskan air mata, meskipun beliau tidak meneteskan air mata. Sepertinya beliau tersentuh hatinya. Keserakan suara dan bahasa wajah haru ini sebelumnya juga pernah aku lihat pada wajah Pak Mario Teguh ketika mendapati perkataan dari salah satu bapak muda yang menargetkan menghabiskan waktunya bersama teman-teman lain tujuh tahun di Jakarta untuk belajar apapun, dan setelahnya akan kembali ke Papua untuk membangun daerah. Aku mendengarnya dengan disusul oleh keheningan batin sesaat. Wow, this is great God. Aku melanjutkan.
“Ya, jadi dalam bulan-bulan akhir ini, dua hal ini yang akan saya lakukan Pak, skripsi dan rencana ini.”
“Nggak papa, bagus itu. Bagus”
Aku merubah nada ruangan dengan bertanya kembali.
“Pak, memangnya apa sih sebenarnya pendidikan itu?”
“Pendidikan ialah pengajaran ilmu untuk merubah kehidupan melalui penggunaannya. Di barat sana, pendidikan begitu penting dan mereka serius menggunakannya di kehidupan, makanya bagus.”
Aku mengganguk. Melanjutkan kalimat-kalimat untuk menutup kesempatan ini. Aku menjabat tangan beliau dengan style-ku, mengucapkan doa untuk kesehatan beliau, dan mengucapkan terima kasih. Beliau berdiri untuk menyambut tamu berikutnya sembari seolah seperti mengantarkan ku untuk keluar. Aku meninggalkan ruangan beliau dan menutup pintu.
Setelah pintu kututup, aku melompat girang dan haru dengan wajah menatap langit-langit lorong antar ruangan dosen ini. Semangatku terpompa. Pengertianku terperbaiki. Aku lebih siap untuk rencana itu. Hatiku mengatakan, “Tuhan rasa ini belum pernah kurasakan sebelumnya.” Aku kembali melompat girang dan haru. Aku sangat bersyukur dengan kehidupan dan Pemiliknya.
Monday, January 31, 2011
My Self-Preaching Note on Facebook (21-30)
A million of good theory will have no impact at all
in a heart of which the compassion and humility are absent within.
Melihat dari ketinggian ke bawah ialah lebih indah
daripada melihat ke ketinggian dari bawah.
That's the way you understand your surrounding wisely.
Akan tetapi,
ketinggian itu hanya di dapat dari pengertian-pengertian baik yang dimengerti...
There is a point of time you think that your contributions is not that significant..
It isn't that you are incompetent,
but merely about the ideal ones.
It must be the right person in the right time, in right position...
Once the decision made, life is changing then, just the way it is...
We, as a whole nation, do not go far enough
because too much listening and considering the doubting words from others.
We, one day, may fail. But the next day,
we can learn mistakes and carry on the journey to the envisioned ones.
It is just a matter of willingness to try...
Untuk segala kepelikan hidup di kemudian hari,
ialah segala sesuatu yang awalnya mudah namun tidak dilakukan.
Sementara itu, untuk segala kecemerlangan hidup di kemudian hari,
ialah segala sesuatu yang awalnya sulit namun terus dilakukan.
Keduanya sama,
hanya perihal keputusan yang sifatnya bijaksana dan ikhlas untuk melakukan.
Untuk mendekatkan, seharusnya anda melakukan.
(self-preaching note #21)
He who is the true leader will never talk about how heavy his burden
as a leader is to his people--not even about his salary.
Mungkin kita terlalu banyak berceloteh dalam keseharian,
sehingga melupakan mana yang prinsipil dan kritis...
(self-preaching note #22)
Anything happens, even when you lose or fail,
if you do the virtue and the right, you win.
This is called "sportive living"; another term of integrity.
(self-preaching note #23)
One that more powerful than connection to open the "door"
is the combination of strong willingness, the courage to try, and the efforts
to present your best attitudes.
To actualize your dreams, you are required to manifest your best attitudes.
(self-preaching note #24)
Those who get respect from the people younger than them
are those who are humble and understand others.
The older you are, the more you should understand
what really counts and matters for the sake of effectiveness and glory of life.
(self-preaching note #25)
Tidak berbeda dengan dalam kemenangan, momentum juga berada dalam kekalahan.
Negara ini terhanyut dalam momentum kekalahan perilaku koruptif
dari anak-anak bangsanya sendiri.
Satu-satunya cara untuk memecahkan momentum ini
ialah aksi kejutan yang powerful dari pemilik autoritas tertinggi negara.
Be bold and have the incredibly strong breakthrough actions
--the strong leadership example.
Rasa malu ini sudah tidak membuat malu lagi di antara kita sesama bangsa
yang tinggal dalam lingkungan negatif yang membiasa dan melenakan ini.
Tapi, rasa malu kepada bangsa lain tidak akan pernah hilang...
Inilah pegangan terakhir...
(self-preaching note#26)
Yang ditunggu dari pemimpin itu ialah keputusan dan aksi strategik
untuk peningkatan kualitas hidup orang-orang yang dipimpinnya.
Para ahli agama, orang yang lebih tua, dan orang bijaksana ada di samping pemimpin
untuk memberikan petuah, nilai, dan kebijaksanaan
untuk terjaminnya kualitas kepemimpinan pemimpin.
Pemimpin lah yang mendekat kepada mereka.
Karena, keanggunan pemimpin itu terpancar hanya jika dirinya merendahkan hati.
Seharusnya, pemimpin lebih banyak mendengar...
(self-preaching note#27)
Victory loves preparation. #Mechanic
To pursue your dreams and ideals, you need to master an art:
the art how to make sure your self of when to discuss (instead of bargaining)
your dreams and vision to other people and when to think deeply alone.
Indeed, it is that "holy".
(self-preaching note #28)
We potentially become happy when
we have excitement at specific area, domain, or thing in life.
You find it may be in your job, service, relationship, and so forth.
Excitement is powerfully potent to change and to transform you;
make sure it is for the sake of your greatness.
(self-preaching note #29).
Everytime you feel both inferior and negative,
go to work and study hard of your core competence.
Everyone has it...
Come into your own!!
(self-preaching note #30)
Subscribe to:
Posts (Atom)