Monday, March 17, 2008

Hikmah Itu Bernama Ayat-Ayat Cinta


Antara tanggal 16 dan 17 Maret 2008…Saat Yogyakarta berkabut, tak seperti biasa...

Sudah bukan berita baru lagi, bahwa novel Ayat-ayat Cinta, merupakan sebuah novel yang luar biasa. Novel yang selama 3 tahun sudah mencatat penjualan di atas 400.000 eksemplar. Sehingga, seperti kata seorang sastrawan nasional-Yosi Herfanda, telah bisa diklasifikasikan sebagai novel megabestseller. Bahkan, novel tersebut sudah diangkat ke layar lebar. Satu kata, fantastis. (Udah tahu lagi..hehe..)

Tentunya, sebuah karya yang fenomenal, tidak akan lahir tanpa keahlian dan kematangan sang pembuatnya. Novel cinta yang sarat akan nafas islam ini tidak akan mampu tercipta, jika ilmu dan wawasan sang penulis akan islam itu sendiri sedikit. Sehingga publik tidak heran, bahwa sang penulis ternyata alumnus dari Jurusan Hadis, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar di Cairo. Di samping itu pula, masa-masa sekolah beliau juga dihabiskan di institusi-institusi keislaman, yaitu MTs Futuhiyyah 1 Mranggen untuk tingkat sekolah lanjutan pertama, dan Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta untuk tingkat sekolah lanjutan atas. Serta, beliau juga sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar Mranggen pada waktu mengenyam pendidikan madrasah tsanawiyah dulu.

Sang penulis yang bernama lengkap Habiburrahman El Shirazy, atau yang akrab disapa Kang Abik ini, sudah dari semasa sekolah bergelut dengan dunia sastra, pidato, maupun pementasan. Sehingga, beliau membantah kalau novel Ayat-Ayat Cinta dinyatakan sebagai karya perdana dan langsung meledak di pasaran. Pernyataan tersebut beliau lontarkan dalam pertemuan (bedah karya) yang di prakarsai oleh Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tanggal 16 Maret 2008, bertempat di TB Gramedia Ambarrukmo Plaza, Yogyakarta.

Dalam pertemuan (bedah karya) yang bertema “Ada Apa Dengan Ayat-Ayat Cinta” ini juga dihadiri oleh dekan Fakultas Adab UIN, kritikus sastra, yang keduanya berasal dari UIN Sunan Kalijaga, serta finalis Miss Indonesia Yogyakarta Tahun 2007. Walaupun acara hanya berdurasi sekitar 3 jam, akan tetapi para pengunjung (lebih tepatnya fans), puas dengan penjelasan-penjelasan Kang Abik terkait karyanya tersebut. Pengunjung (fans) juga disuguhi dengan persepsi-persepsi dari para pembicara lain, dalam hal ini kritikus sastra islami dan finalis Miss Indonesia.

Pada suatu hari, saya mengendarai sepeda motor Grand dalam perjalanan dari Yogya ke Semarang. Kemudian, pulangnya, saya mengendarai sepeda motor Supra X. Akan tetapi, dalam perjalanan pulang tersebut, saya tahu-tahunya sudah bangun di RS Panti Rapih Yogyakarta. Dan pada saat itu, saya sadar bahwa saya telah mengalami kecelakaan di daerah kota Magelang. Kemudian, saya mencoba membaca hafalan Al-Qur’an Juz II, saya bisa. Saya mengangkat tangan kanan saya, saya bisa. Saya meraba kepala saya, masih utuh (dengan nada bercanda). Saya mengangkat tangan kiri saya, saya bisa. Saya mengangkat kaki kiri saya, saya bisa. Terakhir, saya mencoba mengangkat kaki kanan saya, saya tidak bisa. Saya coba lagi, tetap tidak bisa. Sejak saat itu saya khawatir. Kemudian saya menanyakan kepada suster, ada apa dengan kaki saya. Suster itu menjawab bahwa kaki saya patah, dan mengatakan jika dalam 5 jam tidak segera dioperasi, hasilnya akan lebih buruk. Saat itu saya menjadi lebih khawatir. Pasti kaki saya akan diamputasi”, beliau mulai bercerita.

Kemudian beliau melanjutkan…

Akhirnya saya dioperasi, dan harus melakukan penyembuhan selama 10 bulan. Selama masa penyembuhan, kaki kanan saya tidak boleh digunakan sebagai tumpuan. Saat itu saya berkeinginan untuk melanjutkan pekerjaan mengajar saya di MAN 1 Yogyakarta. Akan tetapi, orang tua saya tidak mengijinkan saya. Saya harus focus penyembuhan, dan kembali ke Semarang. Dan saat itulah, untuk mengisi hari-hari kosong saya, saya mulai menulis novel Ayat-Ayat Cinta.”

Para pengunjung atau partisipan juga diberikan kesempatan untuk bertanya. Topik pertanyaan beragam. Baik terkait novel, maupun pendapat Kang Abik sendiri terhadap hal-hal yang terkait dengan novel tersebut. Siapa sebenarnya Fahri atau Aisyah sesungguhnya, apakah Fahri itu beliau sendiri, pendapat Kang Abik terhadap poligami, bagian novel yang mana yang dimaksud dengan ayat-ayat cinta, dsb.

Fahri ialah seseorang…(penasaran…?)…Fahri itu bisa berada di tengah forum sekarang ini, atau di sekitaran plaza ini, ataupun yang berada di luar sana”, demikian beliau menjawab. “Jika sewaktu Fahri minum ashir mangga di panasnya Mesir, iya, itu saya. Tapi jika, Fahri itu romantis, itu bukan saya, karena saya lebih romantis (dengan sambil tertawa kecil), jika Fahri mempunyai istri secantik Aisyah, itu bukan saya, karena istri saya lebih cantik. Jika saja istri saya ikut dalam casting filmnya kemarin, pasti istri saya yang akan terpilih, nomor satu deh pokoknya”, beliau melanjutkan jawaban dengan tertawa kecil.

Kemudian, apakah beliau setuju dengan poligami. Beliau menjawab: “Ya, saya setuju…, asal yang sesuai dengan syariat, dan syariatnya itu banyak, sedetail-detailnya."

Dan pertanyaan bagian novel yang mana, yang dimaksud dengan ayat-ayat cinta. Beliau menjawab: “semua bagian dalam novel tersebut, itulah ayat-ayat cinta”.

Sebenarnya masih banyak pertanyaan-pertanyaan dan penjelasan-penjelasan beliau yang lain, tetapi saya mengakui keterbatasan manusia. Maksudnya, ehem-ehem…ya saya lupa…hehehe….

Dalam acara tersebut ditutup dengan sesi penyerahan award atau semacam testimoni dari Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga kepada beliau. Dan di akhir acara, ada sesi foto-foto dan tanda tangan.

Di balik setiap cobaan atau ujian, di situ ada hikmah. Mungkin itulah yang dialami oleh Kang Abik dengan Ayat-Ayat Cintanya. Salut buat Kang Abik, terus berkarya, dan kita semua berharap, akan nada Ayat-Ayat Cinta berikutnya yang lebih fenomenal, lebih menggugah, dan lebih meng-inspirasi dari sebelumnya.

Tuesday, March 11, 2008

Raditya Dika..Smart, Jenaka, & Edan...

8 Maret 1988...
(pagi yang cerah)...

Ada yang berbeda di hari ini. Hari ini, hari jadi. Hari ini jalan-jalan di Yogyakarta lengang, karena memang lagi pada libur/cuti bersama. Hari ini juga, hari saya mengikuti seminar yang bertema "Media Online, Media Masa Depan".

Se-ingat-ingat dan se-sadar-sadarnya saya, seminar ini merupakan seminar yang pertama yang pernah saya ikuti di Kota Tua ini. Kota Yang banyak mencatat peristiwa sejarah Indonesia. Kota ini, Yogyakarta.

Seminar yang bertema "Media Online, Media Masa Depan" ini, diselenggarakan oleh HIMAKOM UII. Tampil sebagai pembicara ialah: Bambang MBK (AJI), Raditya Dika (Blogger), Sapto Anggoro (Detik.Com), dan terakhir, Raihul Fadjri (Tempo). Bertempat di Dixie Cafe, Easy Dining...Tuh sampai-sampai masih ingat semuanya...

Acara yang berdurasi selama 4 jam ini, bagi saya pribadi, berlangsung kurang mengena dengan tema yang diangkat. At least, tidak ada data-data, apalagi data yang akurat, yang relates dengan kecenderungan penggunaan media online jika dibandingkan dengan media konvensional lainnya dewasa ini. Secara dominan, pembicara, berbicara background, pengalaman, dan perjalanan institusi mereka masing-masing. Walhasil, little bit boring juga.

However, ke-boring-an tersebut berhenti setelah, si-Kambing Jantan, Raditya Dika memulai gilirannya untuk bercas-cis-cus (berbicara). Kembali ke judul posting di atas, He is smart, Jenaka, dan Eeeedaan...Buktinya, semua peserta seminar harus tertawa panjang dan kencang selama acara. Pertanyan saya selama ini terjawab, alasan mengapa buku-bukunya terjual laris. Mengapa koment ataupun testi di web nya hampir 2000-an per hari. Mengapa koleksi temannya di friendster bejibun, sampai 2000 lebih. Lagi-lagi edaaaan...

Pada acara tersebut saya kebetulan mendapat doorprize, berupa buku Exra Large dari Gagas Media. Bukan tanpa sebab, dorongan teman-teman disana secara fisik maupun instruksi verbal berhasil pada saat itu. Akhirnya, saya harus berlagak seperti seorang MC di depan bersama 4 orang partisipan lainnya. It was my first time, pretended in front of a seminar.

Acara yang diikuti oleh (sepertinya) kebanyakan dari mahasiswa jurusan komunikasi pada berbagai universitas dan komunitas blog di Yogyakarta ini, diakhiri dengan photo session dengan si-Kambing Jantan tersebut. Ouh, ternyata ini yang membuat acara ini jadi diikuti oleh banyak partisipan...hehehe...Tentunya, I was the one of the people in that session..hehehe..Unfortunately, i can't enclose that photo here.