Showing posts with label Life Story. Show all posts
Showing posts with label Life Story. Show all posts

Tuesday, April 5, 2011

Program Besar Itu


DARI DUNIA, MENYAPA KOTABARU
Program Pembuka Wawasan dan Pembangun Kesadaran
Siswi-siswa Kotabaru
Oleh: Zulfakhri Auzar


Latar Belakang
Program ini didasari oleh keyakinan bahwa setiap pribadi memiliki potensi yang sama untuk  mencapai visi dan impiannya di masa depan. Potensi yang sama bukan berarti bahwa bakat atau tingkat kemampuan dari bidang atau ketertarikan tertentu sama, melainkan sebuah keyakinan internal setiap pribadi bahwa dirinya bisa menjadi apa saja di masa depan dengan membayar keharusan-keharusan untuk mencapainya.
Kenyataannya, masih banyak siswi-siswa yang masih belum memiliki keberanian dan kepercayaan diri terhadap potensi diri dan kemungkinan-kemungkinan mereka untuk bisa menjadi apa di masa depan. Ketidakberanian dan ketidakpercayaan diri ini mungkin merupakan pengaruh dari faktor-faktor eksternal (orang tua, guru, lingkungan, teman, dan kultur) yang berlangsung alamiah dalam keseharian yang membentuk paradigma berpikir yang keliru bagi mereka, maupun ketidaktahuan mereka selama ini dengan terbatasnya aksesibilitas informasi-informasi (buku-buku dan media online) yang menunjang pembentukan keberanian dan kepercayaan tersebut.
Acara ini didesain untuk mencoba meruntuhkan paradigma keliru tersebut dan berbagi pengetahuan kepada siswi-siswa setingkat SMA, MA, dan SMK di Kotabaru dari lima mahasiswi-mahasiswa negara asing (Australia, Kanada, dan Belanda) dan satu mahasiswa dari Indonesia (Kotabaru), dalam pendekatannya yang bersifat inspirasional dan motivasional.
Program ini juga didesain untuk mengingatkan siswi-siswa akan pentingnya pendidikan bagi mereka. Siswi-siswa diajak agar berani bermimpi dan berkeinginan untuk terus melanjutkan pendidikan dan mengaplikasikan prinsip untuk selalu belajar seumur hidup, tidak memandang bagaimana tidak mungkinnya atau sulitnya keadaan kehidupan mereka saat ini untuk mereka memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Siswi-siswa diajak untuk meyakini bahwa kehidupan memiliki banyak skenario yang memungkinkan mereka mencapai impian di masa depan, sepanjang mereka percaya dan bekerja keras untuk mencapainya.
Meskipun memfokuskan pada pembangunan kesadaran dan pembukaan wawasan siswi-siswa, acara ini juga dimaksudkan secara tidak langsung untuk lebih meningkatkan kesadaran pihak lebih luas–pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta–akan pentingya keterlibatan mereka terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Kotabaru. The education is the business of every person. Peningkatan kualitas pendidikan di manapun itu adalah urusan atau kewajiban bagi setiap pihak, karena kualitas kehidupan, yang merupakan kepentingan setiap orang, sangat bergantung pada kualitas pendidikan.
Pemerintah diharapkan lebih banyak berpikir strategik mengenai penciptaan program-program terobosan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini mensyaratkan pemerintah untuk mampu dengan berbagai cara dan berpikir tidak biasa (thinking out of the box) menciptakan sesuatu yang baru, hebat, dan futuristik. Pemerintah harus mampu merubah kultur masyarakat yang masih kurang concern dan peduli dengan pendidikan–terutama budaya baca–menjadi sebuah kebiasaan baru yang lebih concern dan peduli. Pemerintah harus menciptakan berbagai insentif dan stimulan untuk itu.
Masyarakat melalui perannya apakah sebagai orang tua ataupun  komunitas yang tinggal dekat dan bersama dengan siswi-siswa (dan anak-anak dalam konteks yang lebih luas), harus lebih berinisiatif untuk menciptakan lingkungan kondusif bagi siswi-siswa dalam mengenyam pendidikan. Masyarakat harus sudah sedari dini menyadari bahwa sesuatu yang layak bagi usaha maksimal dan harus mendapat perhatian penuh dalam kehidupan tidak lain ialah memastikan anak-anak mereka ataupun bukan, untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Pihak swasta juga harus terlibat proaktif dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kontribusi dan sumbangsih mereka terhadap kualitas pendidikan sangat dibutuhkan, apakah itu melalui program tanggung jawab sosial korporatnya (corporate social responsibility), maupun pemilihan model busines yang concern dan fokusnya ialah pada peningkatan kualitas pendidikan. Satu pertanyaan yang berkesadaran pendidikan ialah: apakah sudah ada toko buku yang representatif untuk peningkatan kualitas pendidikan dan peningkatan diseminasi informasi bagi siswi-siswa maupun masyarakat luas di Kotabaru? Jawabannya ialah mutlak belum!
Segala masalah yang ada akar utama masalahnya ialah pendidikan, apakah itu perilaku koruptif pejabat, kenakalan remaja, kurangnya saling menghargai di antara individu, kemiskinan, kejahatan sosial, bahkan ketidakpedulian dengan lingkungan dan berbagai perilaku negatif lainnya. Titik awal pemberangkatan dari usaha peningkatan kualitas kehidupan ialah peningkatan kualitas pendidikan.

Nama Program
            Nama program ialah “Dari Dunia Menyapa Kotabaru”.

Slogan (Tag Line)
          Slogan yang diangkat pada program ini ialah: “This is the education that elevates”. Hanya pendidikan yang mengangkat manusia. Mengangkat dalam artian di sini ialah peran pendidikan untuk peningkatan kualitas dan status berbagai sisi kehidupan. Namun, yang lebih utamanya ialah peningkatan kualitas ekonomi dan status sosial, dan kualitas hubungan manusia dengan Tuhan-Nya.

Bentuk Program
         Program satu hari yang sifatnya inspirasional, motivasional, dan pembangunan penghargaan (respect) terhadap diri sendiri (self-esteem) dan kepercayaan akan diri sendiri (self-confidence). Sesi-sesi yang dilaksanakan dalam program–urutannya–ialah:
1.      Presentasi tentang pendidikan di negara-negara yang terwakilkan oleh masing-masing mahasiswi-mahasiswa asing, serta refleksi dan pengalaman pribadi mengenai pendidikan dari setiap mahasiswi-mahasiswa.
2.      Tanya jawab
3.      Bincang-bincang dalam kelompok yang dibagi, yang di dalamnya ada satu mahasiswa asing, dengan tujuan untuk siswi-siswa memiliki pengalaman berinteraksi secara langsung dengan mahasiswa asing.
4.      Penghadiahan buku (berjumlah 6 buah) novel inspirasional yang berjudul Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna bagi mereka yang berani bertanya setelah sesi presentasi (poin 1).

Tujuan
           Tujuan dari program ini ialah agar:
1.      Terbangunnya pengetahuan dan kesadaran pada siswi-siswa bahwa segala visi dan impian di masa depan itu mungkin, sepanjang terbayarnya harga yang melekat pada visi dan impian tersebut. Hasilnya kemudian ialah siswi-siswa berani memvisikan banyak hal dan bermimpi akan masa depan.
2.      Terbangunnya konsep penghargaan (respect) terhadap diri (self-esteem) di masing-masing pikiran siswi-siswa sebagai bekal penempuhan visi dan impian masa depan.
3.      Terbangunnya kesadaran akan potensi pribadi dan kepercayaan diri siswi-siswa dalam mencapai visi dan impian masa depan.

Mahasiswi-mahasiswa yang Terlibat
           Mahasiswi dan mahasiswa yang terlibat dalam program ini ialah:
1.      Zulfakhri Auzar (Kotabaru, Indonesia)
2.      Ben Christensen (Australia)
3.      Jasmine Skene (Australia)
4.      John-Paul Kenyon (Australia)
5.      Caroline Scott-Charles (Kanada), dan
6.      Rick Kelderman (Belanda)

Waktu dan Tempat Program
        Program dilakukan dalam satu hari, yaitu Sabtu, 26 Maret 2011; dilakukan di dua tempat, yaitu: (1) SMAN 2 Kotabaru–untuk siswi-siswa SMA dan MA, dari jam 8.30 s.d. 11.30; dan kemudian di (2) SMKN 1 Kotabaru–untuk siswi-siswa SMK, dari jam 12.00 s.d.14.30.









Tuesday, March 8, 2011

Rencana Besar Itu





Jauh-jauh hari sebelum seorang anak kecil mengganti bola lampu kamarnya untuk penerangan yang lebih baik untuk belajar pada senja kemarin, telah ada seseorang yang bertungkus lumus yang mempercayai dan mengerjakan gambaran mental penciptaan lampu pijar di kepalanya. Seseorang tersebut melakukannya bahkan di saat orang lain sama sekali bukan hanya tidak mampu melihat gambaran mental itu, mengira bahwa ternyata ada kebutuhan seperti itu dalam kehidupan saja tidak. Itu kenapa orang-orang seperti dia disebut pemimpin. 

7 Maret, Senin pagi, aku sudah terbangun dengan tidur yang hanya berdurasi sekitar mungkin tidak lebih dari empat jam. Empat jam sebelumnya aku mengantar one of my best friend or alter ego ke Stasiun Tugu Jogjakarta untuk kepergiannya ke Surabaya, yang akan dilanjutkan pukul tiga sore-nya ke Thailand. Di satu sisi dia my alter ego, tetapi di sisi lain juga marketer pribadi tidak langsung, dan secara sukarela. Melaluinya, aku sangat memercayai mouth-to-mouth marketing itu sangat powerful

Kemampuannya ‘menjual’ diriku kepada orang lain telah memosisikanku untuk mendekati kepada wanita-wanita hebat—yang walaupun akhirnya tidak berhasil, dan menjadikanku salah satu anggota organisasi super di Jogjakarta. Dia memaksaku keluar dari zona nyamanku selama ini dan harus mempelajari banyak hal kembali, bahkan untuk hal-hal yang di masa lalu tidak ku sukai. Mau tahu apakah itu? Aku harus menyukai Biologi, Fisika, Sejarah, dan mata pelajaran lainnya di organisasi super itu untuk membimbing adik-adik SMA di Jogjakarta. I’m not thinking I’m not capable of, but I never involve myself in this kind of competition. I don’t know the real realm of it and having no soul of it. I’m afraid to misguide you my younger brothers or sisters. But, I am willing to help you by doing my best. J

Sementara untuk memposisikanku untuk mendekati kepada wanita-wanita hebat…, Oh, I don’t want to discuss about it. Hahaha. Seolah dia melihat bahwa prinsipku bahwa jomblo-itu-life-style seperti sebuah penderitaan batin yang berkepanjangan. Paragraf ini murni bercanda. Hahaha.

Well, hari ini aku ada janji konsultasi dengan dosen pembimbing Pak Mulyadi. Beliau ialah seorang pembimbing yang perfeksionis. Pesannya, jangan pernah menulis sesuatu tanpa tahu artinya. Jangan pernah mengetik jika tidak dibaca kembali, berulang-ulang! Jangan pernah ngasal dalam segala hal dalam melakukan skripsi! He is the best. Kalau ada cerita seorang dosen pembimbing menanyakan progres tulisanmu melalui email dan mengucapkan selamat tahun baru beserta doanya melalusi sms berbahasa Inggris, beliaulah orangnya, dan itu dilakukan kepadaku. Hebatkan? Yah, kita berdua memang punya life style keren seperti itu dalam menjalani kehidupan. Lho? Hahaha, kidding readers. Tapi, email dan sms itu betul. Sombong ah…Hahaha.

Setelah di pagi hari membuka akun Facebook-ku dan berpikir apa rencana hari ini dan sedikit membersihkan kamar dan menyibukkan diri untuk kebersihan badan (mandi maksudnya J), aku tiba di parkiran kampus. It is full. Tapi aku mencoba masuk, dan masih ada beberapa space kosong.

Back to campus again. Seeing many new faces and you haven’t graduated yet. Again, this is life style. Lho? J

Aku mengetuk pintu dua kali dengan masing-masing tiga ketukan. Suara beliau mempersilakan membuka. Namun ketika ku buka pintu, beliau sedang melayani seorang tamu. So, aku menunggu dulu. Lesehan di depan ruangan beliau sambil memperhatikan orang-orang lewat  dan beberapa dosen yang tak ku kenal. Mungkin mereka berkata dalam hati kepadaku, “skripsi itu bukan hanya tentang membaca literature dan menulis Dude, tapi juga menunggu manis.”

Tidak berapa lama, tamu tersebut keluar, dan aku masuk. Beliau mempersilakanku duduk di kursi di depan beliau. Kami dipisahkan oleh meja besar beliau. And evaluation starts to work. Begitu banyak kesalahan penulisan yang aku lakukan. Dengarkan ini.

“Ini apa ini kata ‘dari’ dimasukkan di sini. Kalau saya katakan begini betul tidak?: Ini baju daripada saya. Saya teman daripada anda.”

Aku tertawa kecut kecil dan menjawab, “salah Pak.”

“Nah , itu dia!”

Kesalahan-kesalahan lain dengan tipe sama lain bergerombol menyusul.

Namun di tengah proses ini, tiba-tiba seorang tamu lain masuk--setelah tamu ini menelpon telpon kantor beliau beberapa menit lalu. Mereka sepertinya membicarakan mengenai pajak penghasilan yang akan dibayar oleh Pak Mulyadi. Namun setelah hampir selesai dalam bincang singkat mereka, Pak Mulyadi mengatakan kalimat bahwa beliau akan pensiun tahun depan kepada tamu ini.

What?! Jreeng…

Tamu tersebut pergi meninggalkan ruangan, aku mengkonfirmasi beliau.

“Bapak mau pensiun?”

“Iya, saya ingin menggunakan hak satu tahun cuti saya untuk menulis buku. Ketika mengajar saja saya menulis buku, apalagi nanti, saya mau fokus.”

Aku yang curious dan agak khawatir ini bertanya kembali.

“Tapi bagaimana jika ada mahasiswa Bapak yang belum lulus?”

“Oh tidak apa-apa. Saya akan masih tetap mengajar.”

“Oh begitu Pak.” Senyum lega dengan nafas keluar deras.

Meskipun cukup lama proses ini berlangsung, namun akhirnya bimbinganku hari ini berakhir juga. Selalu, kami tidak hanya mendiskusikan mengenai skripsiku, tetapi juga topik atau tema lain yang beliau ceritakan atau yang aku tanyakan. Dari mulai mengenai Ahmadiyah, politikus, buku-buku, dst. Itu juga sudah selesai. Aku menyisipkan pemberitahuan dan pertanyaan terakhir kepada beliau.

“Pak, saya ini punya rencana …(censored)…Jadi tujuannya untuk merubah mindset mereka, dan mungkin Bapak memiliki nasihat atau masukan kepada saya  tentang hal ini.”

Aku mengatakannya dengan lirih. Sebelum mengatakannya, aku berpikir cepat apakah akan mengatakannya atau tidak. Aku khawatir ini akan menjadi tombol yang salah yang aku tekan di siang ini. Beliau mungkin saja kecewa atau marah karena aku seolah menduakan tugas mengerjakan skripsi dengan hal lain. Tapi, decision has been made with calculated risk. Paling-paling beliau akan memarahiku.

Namun beliau menjawab.

“Fakhri itu mulia sekali. Mereka perlu untuk melihat perspektif lain.”

Suasana kemudian menjadi haru. Suara beliau terdengar berubah, serak seperti ketika kita meneteskan air mata, meskipun beliau tidak meneteskan air mata. Sepertinya beliau tersentuh hatinya. Keserakan suara dan bahasa wajah haru ini sebelumnya juga pernah aku lihat pada wajah Pak Mario Teguh ketika mendapati perkataan dari salah satu bapak muda yang menargetkan menghabiskan waktunya bersama teman-teman lain tujuh tahun di Jakarta untuk belajar apapun, dan setelahnya akan kembali ke Papua untuk membangun daerah. Aku mendengarnya dengan disusul oleh keheningan batin sesaat. Wow, this is great God. Aku melanjutkan.

“Ya, jadi dalam bulan-bulan akhir ini, dua hal ini yang akan saya lakukan Pak, skripsi dan rencana ini.”

“Nggak papa, bagus itu. Bagus”

Aku merubah nada ruangan dengan bertanya kembali.

“Pak, memangnya apa sih sebenarnya pendidikan itu?”

“Pendidikan ialah pengajaran ilmu untuk merubah kehidupan melalui penggunaannya. Di barat sana, pendidikan begitu penting dan mereka serius menggunakannya di kehidupan, makanya bagus.”

Aku mengganguk. Melanjutkan kalimat-kalimat untuk menutup kesempatan ini. Aku menjabat tangan beliau dengan style-ku, mengucapkan doa untuk kesehatan beliau, dan  mengucapkan terima kasih. Beliau berdiri untuk menyambut tamu berikutnya sembari seolah seperti mengantarkan ku untuk keluar. Aku meninggalkan ruangan beliau dan menutup pintu.

Setelah pintu kututup, aku melompat girang dan haru dengan  wajah menatap langit-langit lorong antar ruangan dosen ini. Semangatku terpompa. Pengertianku terperbaiki. Aku lebih siap untuk rencana itu. Hatiku mengatakan, “Tuhan rasa ini  belum pernah kurasakan sebelumnya.” Aku kembali melompat girang dan haru. Aku sangat bersyukur dengan kehidupan dan Pemiliknya.


Wednesday, January 26, 2011

Doing the Interview at Metro TV




One that more powerful than connection to open the "door" is the combination of strong willingness, the courage to try, and the effort to present your best attitudes.



“Kepada siapa ya Pak saya tujukan proposalnya, ke bagian accounting?”
“Sebaiknya ke bagian perencanaan.”
“Oh,ada ya Pak bagian perencanaan.”
“Lho, saya kira kamu punya koneksi di sana?”
“Tidak ada Pak, tapi saya akan coba.”
“Bagus klo begitu.”



Well, here I am. Di tengah pagi buta yang sebentar lagi subuh untuk waktu Jakarta, bagian selatan tepatnya. Setelah mencoba tidur kembali satu jam lebih terakhir ini, masih tidak dapat tertidur. Neither in Jogja nor in Jakarta, insomnia comes. No exception.

Sebenarnya aku tadi telah tertidur di kasur yang disediakan oleh pemilik kos di mana Furqon tinggal di Jakarta. Namun, setelah dia pulang kerja pukul 2 pagi dan aku membukakan pintu kosnya yang kemudian kami lanjutkan dengan berbincang-bincang, aku tak dapat tidur kembali. Sekian puluh menit mencoba memjamkan mata, tetap tidak bisa. I just decided to write thereafter.

Jam 2 pagi baru pulang kerja yang kemudian akan pergi bekerja kembali 4 jam kemudian bukan ide bagus untuk masa depan. This is what Furqon do at least this last one month. It might be financially promising, but not such a perfect one if you plan to start your own family, right? Having wife and children without having togetherness in plenty time sama dengan mimpi dan kenyataan buruk kehidupan. Aku dan Furqon setuju untuk hal ini. Benar-benar tidak mudah untuk bekerja sebagai auditor dengan siklus harian pekerjaan yang tidak ramah dengan kedamaian ini. Mungkin bagi sebagian orang, kedamaian itu ialah ketika telah bekerja dalam waktu yang sangat berlebihan dalam sehari. But, once again, neither Furqon nor I agree that. But, why not as you are a single person? Work hard, right? J

Aku berada di Jakarta untuk memenuhi hasrat hatiku untuk melakukan penelitian skripsi di Metro TV. I just really wanted it deeply, beside having thesis theme newly and differently. I have been so excited. I just adore this company a lot. Berbeda!

This research is the qualitative one. Why not just a quantitative one? I don’t know. I just think the quantitative research is too common and uninteresting for me. Nothing different. I think that easy compared to the qualitative one. It is not easy, but is meaningful and worthy. I have more spaces to write, seems a bit free.

Kemarin, aku telah melakukan wawancara yang sudah kutunggu tepat sebulan ketika proposal kumasukkan. Dan beliau adalah marketing manager Metro TV: Pak Agus, yang bersedia untuk kuwawancarai. It was an enjoyable situation. Wawancara di kantin perusahaan dengan card pengenal yang bertuliskan “visitor” menjepit dasi yang kukenakan. Fun, I come through the room where I just see it on the TV; sitting among the broadcasting people in a uniquely new place.

Mewawancara? Ternyata sebuah pengalaman yang mengesankan. I did it. I felt like Desi Anwar, interviewing Dalai Lama or Richard Branson. It is interesting to be interested in people. Dengan mengenakan  things yang jarang sekali kukenakan seperti tidak hanya dasi, tapi juga celana kain dan sepatu pantofel seperti yang direkomendasikan oleh buku teks komunikasi busines dan yang di-warn oleh my honorable smart teacher, Mr. Imam. Tapi, kakiku lecet meskipun mengenakan kaos kaki. Tambah fun! Let me laugh first….Ha. Everything as I could do had been prepared well, but not for the blister. Laugh again. Just feel it.

Setelah lebih kurang 90 menit, wawancara selesai. As his secretary  (Ibu Yani) said, usually it needed twice or 3 times to do the interview for thesis writing, but it didn’t. Bersyukur beliau tidak sesibuk itu, atau telah bersedia dengan baik hati mengalokasikan waktu yang 90 menit itu bukan hal biasa dalam dunia busines untuk aktifitas yang bagi mereka tidak menilai tambah, tapi means a lot to me. Thanks God. Thanks Sir.

Hari ini, pukul 3 sore, aku hanya harus sekali lagi ke Metro TV untuk mengambil file company profile dan surat keterangan skripsi. Then go back to Jogja at 9 pm. Then, I can continue my writing at speed next rest days before planned graduation day. Hopefully. Untuk segera menjadi sarjana dan memasuki dunia baru yang tentunya berbeda.



Every time after I talk or laugh too much, I feel too many things have to be refined and revised. Life is all about learning…J

Monday, January 3, 2011

Motivasi Dahsyat








Ialah kekurangan, kemiskinan, kegagalan, dan kegetiran hidup sebagai pendorong dahsyat itu. Anne Ahira



Lampu baru saja menyala…

Sore ini, seperti biasa, ada jadwal untuk bermain futsal anak kos dengan stim lawan. Kali ini dengan lawan yang sama dengan minggu lalu, jam yang sama, dan lapangan yang sama. Namun, ketika tiba di lapangan, setelah melepas mantel hujan dikarenakan hujan lebat di Yogyakarta hari ini, keadaan lapangan tidak seperti biasanya. Sebuah anakronisma terjadi. Lapangan futsal indoor yang seharusnya terlindung dari hujan, 40% bagiannya tergenang air.

Hampir 45 menit memaksakan untuk menggunakan lapangan. Pemanasan, kemudian dribbling, passing, dan shooting, juga tidak ketinggalan heading, pada akhirnya aku  juga keluar lapangan menyusul teman-teman yang sudah lebih dulu keluar. Tim lawan yang datang terlambat, tak satupun dari mereka yang memasuki lapangan.

Keringat menetes kecil sambil menyaksikan tim lain yang sedang latihan di lapangan sebelah. Lapangan ini dalam kondisi seperti biasa, tidak ada air hujan yang menggenang. Tim yang sedang latihan ialah tim sama yang ku lihat pada minggu lalu. Sepertinya, tim ini rutin di Senin sore untuk latihan di lapangan ini. Seorang bapak yang berumur lebih kurang 50 tahun melatih tim ini. By the way, sangat jarang para mahasiswa yang berada di lapangan menyia-nyiakan untuk tidak bermain secepatnya. Namun mereka sungguh berniat untuk latihan. Passing, shooting, dribbling, dan lain-lain. They are not that young anymore, buat apa latihan begitu seriusnya, toh sejauh-jauhnya pencapaian di umur seperti ini paling-paling hanya menjuarai turnamen futsal se-propinsi. Toh, skill mereka juga tidak hebat-hebat amat.

Setelah mengajukan permohonan beberapa saat yang lalu, akhirnya kami bermain ( bertanding) dengan mereka, tim yang sedari tadi berlatih ini. Sang pelatih mendekati kami untuk mengajak berbincang sebentar, mengarahkan bagaimana permainan ini seharusnya dilakukan: compliance to the rule. Memang seharusnya seperti itu Pak. Saya setuju. Kami setuju.

Permainan pun dimulai. Latihan yang rutin mereka lakukan sangat membantu mereka untuk membingungkan kami. Kami yang unorganized dalam bermain harus menerima perlakuan permainan mereka yang lebih unggul. Aku pribadi tidak begitu merasa mereka seunggul itu, karena pengalaman bermain dengan dua atau tiga tim yang sebelumnnya di waktu lampau, jauh membuat kami kocar-kacir dan pontang-panting dibandingkan saat ini. Anyway, kami tetap kalah.

Permainan hanya berlangsung lima belas menit, kemudian usai. Untuk sepuluh orang, kami hanya bermain masing-masing 7 menit. Sangat singkat. Jangankan emosi, keringat pun enggan untuk keluar. Sang pelatih mereka mendekati kami untuk berbincang-bincang kembali. Beliau memperkenalkan diri sebagai pemain sepak bola di masa lampau. Salah satu dari pemain PSSI yang pernah TC di Brazil di masa lampau. Beliau banyak bercerita mengenai sepak bola masa lampau. Juga tentang Beni Dolo, Alfred Riedl, Okto, dan seterusnya. Aku mendengarkan. Sesekali bertanya. Mendengarkan kembali.

Setelah sang pelatih meninggalkan kami, tidak beberapa lama kami pun melangkahkan kaki pulang. Lagi, hujan yang berhenti sesaat, kembali lebat. Oh Tuhan, malam ini sempurna kegagalan dan kekalahan yang menyapa. Gagal untuk bermain karena lapangan tergenang hujan. Kalah dalam bermain dalam waktu singkat 15 menit tanpa gol yang kami sarangkan. Kemudian pulang dengan harus menggunakan mantel hujan kembali, mendapati kos dan seluruh tetangga dalam keadaan gelap gulita: listrik mati. Sistem wifi yang belum beroperasi yang telah beberapa minggu ini juga membuat dalam kekalahan dan kegagalan ini. Oh, malam ini sempurna untuk menggencet perasaan. Kegagalan dan kekalahan, lagi…

Namun, salah satu sisi hatiku berbicara: tidakkah indah pelajaran yang diberikan oleh kegagalan dan kekalahan? (1) dia mengingatkan bahwa engkau harus lebih banyak berlatih, dan (2) apakah ini benar-benar sesuatu yang menjadi fokus mu? Cling!!

Aku tidak mau berleha-leha duduk di ruang tamu kos di kegelapan ini. Aku putuskan untuk membeli lilin dan menggunakannya untuk mandi secepatnya, kemudian mengerjakan kewajiban harian, kemudian ku ambil buku favoritku untuk membaca diterangi oleh lilin. Oh indahnya!! Kamar kos terasa romantik dengan penerangan hanya lilin. Membaca nasihat dari sang penulis terasa syahdu sekali. Sepertinya nanti asyik juga untuk mematikan lampu kemudian menyalakan lilin untuk membaca. Meskipun penglihatan kurang terang, namun penglihatan dan pikiran lebih fokus ke konten buku. Indah sekali. Ini yang disebut dengan keterbatasan itu indah bagi hati yang berkeinginan namun tegar dan tangguh. Aku kembali merasakan bahwa motivasi yang paling hebat itu ialah kekurangan dan keterbatasan. Karena, seorang anak yang miskin akan lebih termotivasi daripada seorang anak dari keluarga yang kaya bukan? Pernyataan bahwa ini kemiskinan, kekurangan, kegagalan, dan kegetiran hidup sebagai pendorong dahsyat untuk mencapai impian ialah ketika aku membaca blognya Anne Ahira. Dan ketika itu aku berkata: “Iya juga ya!! Fabulous!!”

Sementara mudahnya mengeluhkan berbagai kekurangan dan kegetiran hidup, namun ternyata itulah pendorong yang dahsyat itu...Apa jadinya jikalau semuanya mudah? Lihatlah, hidup itu indah bukan. Firman Tuhan yang mengatakan bisa jadi ini buruk menurutmu padahal sebenarnya ia baik bagimu, benar-benar teryakini. Kita memang manusia, yang tidak semengerti itu dalam mengerti cara Tuhan berkomunikasi untuk menjadikan kita besar.

Lampu kemudian menyala. Aku mengaktifkan ‘mesin ketik elektronik’ ini untuk menulis tulisan ini. Pelajaran indah di awal tahun untuk lebih meresapi, untuk belajar lebih bersyukur, positif, berprasangka baik, menerima kekalahan dan kegagalan, dan berfokus dan berkonsentrasi pada kekuatan dalam mencapai impian. I wish this is going to be super, as I hate the mediocrity…

Life is beautiful. It is all about learning…

Friday, December 17, 2010

Tentang Hati



Anything happens, be kind and be right, always…



Beruntung sekali bagi mereka yang memiliki kesadaran akan tanggung jawab perbaikan dan pemenuhan diri sendiri ke arah yang lebih baik. Pikiran dan hati mereka diisi oleh pengertian baik. Statemen yang menyatakan “you are the owner or the boss of yourself” begitu berlaku dalam benak mereka. Hati mereka telah disentuh kelembutan baik yang bersumber dari lingkungan, khususnya orang tua, dan terkhusus lagi sang Ibu.

A mother not only gives you the direction, but also gives the power to get there, doesn’t she? Beliau tidak hanya membuat kita mengerti, namun juga memberi bahan bakar untuk kita menuju ke sana. Juga, tak terlupa doa yang sungguh teramat indah itu, yang beliau panjatkan dalam interaksi syahdu dan haru dengan Sang Pemilik kehidupan.

Sehingga, jika terasa olehmu sesuatu yang membuatmu merasa lebih dibandingkan mereka, dan seolah dibenarkan untuk menjadi sombong, bersyukurlah karena telah memiliki kekasih Tuhan itu.

Karena, bagi sebagian mereka yang mungkin engkau merasa sangat jauh di bawahmu, dan tidak lain hanya para penelantar dan penyia-nyia menurutmu, cobalah mengerti dan berpikir lebih besar dan bijaksana, mungkin saja mereka tidak seberuntung kita, memiliki Ibu dengan apa yang dilakukannya seiring hela nafas tak hentinya itu, untuk menjadikanmu seindah-indahnya seseorang di masa depan. Ibu, ialah setinggi-tingginya anugerah itu.

Manusia cenderung kepada kebaikan dan pada akhirnya akan menuju ke sana. Karena, manusia itu dirajai oleh hati yang potensial dengan kekhususannya untuk kebaikan dan kebenaran. Hati itu dari Tuhan, Namun, terkadang dan seringnya keaktifannya sangat bergantung dengan lingkungan.  This is the milieu that determines ialah sebuah hukum kehidupan yang sangat sulit untuk disangkal kebenaranya secara empiris. Pun bagi seseorang yang telah mampu keluar dan menjauh dari kubangan lingkungan kenegatifan yang luas dan mencengkeram itu, tetap masih memiliki lingkungan yang positif, walaupun mungkin tidak luas, namun daya dobraknya luar biasa. Lingkungan positif tersebut secara emosional menyentuh dan menginspirasi dirinya untuk memutuskan menjadi lebih baik. Lingkungan positif itu menyeka dengan lembut penatnya kekeliruan diri. Ini tentang hati, tentang kebaikan, dan tentang kebenaran.

Mereka yang muda, mereka yang mencari. Mereka yang sibuk, mereka yang ke sana ke mari, mereka yang pergi. Namun, mereka juga yang bingung dan tersasar sendiri. Mereka juga yang kadang sakit hati. dan yang membela diri.

Namun, memang itu bukan hukumnya?

Yah, bukankah mereka juga yang akhirnya mengerti dan memahami. Mereka juga yang akan bijaksana nantinya. Kutipan dari Kahlil Gibran: “aku lebih memilih menjadi seorang pemimpi di antara mereka yang rendah hati, dengan visi yang harus direalisasikan, dibandingkan raja di antara mereka yang tanpa mimpi dan hasrat” ialah sebuah nasihat yang mengangguk dan menyetujui kepada mereka yang muda, yang memiliki cita-cita, hasrat, impian, dan visi di masa depan. So, why not then? What else we can do right? Welcome into the journey…

Kesibukan pencarian itu membawa konsekuensi tentunya. Konsekuensi tidak lain ialah sesuatu yang 100% mengikuti setelah sesuatu dilakukan atau diputuskan; tidak seperti risiko yang hanya 50% itu kemungkinan terjadinya. Itu kenapa mereka yang muda-yang mencari juga sering bingung dan kadang tersasar sendiri ialah tidak lain lain salah satu hukum konsekuensi yang berlaku dalam kehidupan.

Kebingungan dan tersasar itu merupakan konsekuensi, hanya masalah waktunya yang berbeda antar tiap pribadi. Mereka ialah para pengumpul impian yang diberitahukan oleh hidup untuk mengumpulkan hal lain dengan pemberian kebingungan dan ketersasaran itu sebelum mencapai impian-impian mereka. Hidup hanya ingin mengatakan bahwa ini ialah proses belajar. Karena pembelajaran dan pertumbuhan itu ialah salah satu komponen kesuksesan--nomor dua bahkan--menurut definisi seorang tokoh hebat tentang kepemimpinan dari Amerika itu.

Pembelajaran dan pertumbuhan ialah definisi kata sukses setelah ‘mengetahui tujuan hidup’ sebagai definisi sebelumnya. Bahkan, saking pentingya, pembelajaran dan pertumbuhan menjadi salah satu dari empat perspektif yang dipetuahkan oleh Balanced Scorecard untuk keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang, dalam lingkungan busines yang turbulen dan dinamis seperti sekarang. Omong-omong, kata ‘busines’ ialah salah satu penggunaan dari Ejaan Suwardjono, untuk meninggalkan penggunaan kata ‘bisnis’ dalam bahasa Indonesia. Cantik sekali!

So, bagaimana kemudian setelah kebingungan itu datang, setelah tersasar pada keadaan yang belum dimengerti sebelumnya bagi mereka yang muda?

Tuhan memerintahkan untuk membaca ialah untuk terperbaikinya pengertian, di samping mendengarkan mereka yang lebih “tua” yang lebih mengerti dan lebih ahli, yang membuat Sang Nabi untuk menasihatkan bahwa pekerjaan harus diserahkan kepada ahlinya, bukan?

Hukum Kepantasan. Ya itulah maksudnya. Omong-omong lagi, kata ‘tua’ sengaja diberikan tanda petik yang mengartikan ‘kepantasan’, karena ternyata dunia dengan perilakunya semakin memaksa untuk memperluas makna kata itu. Kalau aku  tidak keliru, dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas dua SLTP, ini disebut amelioratif, iya?

Kembali ke hati yang keefektifan kinerjanya hanya sebesar keefektifan kinerja tubuh untuk peduli kepadanya dalam menemukan sifat bawaannya. Hati hanya akan aktif secara efektif jika tia ditundukkan, direndahkan, dan dibuka dengan pengertian dan pergaulan baik dengan membaca dari sumber baik dengan niat baik, dan meminta nasihat dari orang yang baik. Pengertian dari buku dan nasihat itulah yang menjadikan pikiran yang sebagai wakil dari hati itu bekerjanya logis; selaras dengan sifat bawaan hati, yaitu untuk baik dan benar.

Bukankah hati selalu memanggil dengan suaranya yang meskipun kadang jelas, kadang samar itu?

Tuhan, dalam kesadaran diri yang terlalu sering membelakangi Engkau dan tidak sepenuhnya taat ini, terima kasih Engkau telah memberikan pengertian dan nasihat baik ini. Tuhan, nikmatmu yang mana lagikah yang aku dustakan. Tuhan, logiskanlah pikiran dan yakinkanlah hati ini bahwa apapun yang terjadi, menjadi tetap baik dan benar itulah yang lebih penting.

Karena,  kedamaian dan kepuasan hati itu hanya merupakan akibat dari pikiran dan hati yang baik. Pengertian kata ‘logis’ sebagai  proxy dari baik dan benar ialah salah satu kecerdasan yang sesungguhnya!


Anda hanya pantas mendapatkan apa yang telah anda lakukan, give back that envelope until you have worked!


P.S.:
"Tia" ialah pronomina untuk nomina dalam Ejaan Suwardjono. Dalam bahasa Inggris, kita mengenalnya dengan kata "it". Sedangkan untuk bentuk jamaknya ialah "meretia".

Wednesday, July 14, 2010

Berbagi-lah (Serahkan-lah)


 



 

"Sebenarnya, kata 'berbagi-lah' itu tidak tepat, namun' serahkan-lah' yang tepat. Karena di tiap-tiap yang kita miliki, ada sebagian yang merupakan milik mereka. Ingat lah untuk menyerahkan nya…"


 

Minggu malam, pukul delapan lebih dua puluh menit, seperti biasa aku dan beberapa saudara satu kos makan bersama, di warung makan sekitar kos. Namun, kali ini berbeda, kami berkeinginan untuk pergi ke warung makan di tempat yang agak jauh.

Aku mengendarai motor sendiri, sementara mereka berboncengan berdua. Aku menyalakan motor duluan, dan memulai mengendara dengan santai, menuju pintu gerbang gang. Sesampai di pintu dan berbelok kiri, masih dengan pengendaraan motor yang santai. Mata ku menoleh ke kiri, ke salah satu bangunan dan menemukan pemandangan yang tidak biasa. Jikalau biasanya hanya seorang bapak parkiran yang telah berumur mungkin lebih dar 50 tahun-an, saat ini ku lihat seorang ayah yang berumuran mungkin sekitar 35 tahun dan anak perempuan berjilbab dalam dekapan nya yang sedang pulas memejamkan mata, entah karena sakit atau tertidur. Ayah yang berkumis tebal tersebut terlihat seperti seorang yang tidak bersahabat, namun bagaimana sikap tubuh nya yang saat ini sedang memeluk erat sang anak dengan sepenuh-penuh nya kasih sayang dan melindungi, menggagalkan persepsi ku tersebut. Mereka di depan sebuah bangunan yang telah tutup.

Motor terus ku jalankan sambil berpikir…

'Sungguh kasihan sekali mereka, dengan pakaian yang aku bersyukur aku masih memakai yang lebih baik. Terbesit hati ku untuk melakukan nya, namun bagaimana jika beliau menolak bahkan marah? Mungkin beliau bukan tipe yang seperti itu? Tapi penampilan mereka sangat menyentuh dan mengundang hati untuk melakukan nya.'

Aku berhenti, yang membingungkan Muksin dan Jali yang juga ikut berhenti.

"Kenapa Ki, gak jadi?" mereka bertanya kepada ku.

"Emh, duluan aja, aku nyusul nanti."

"Oke."


 

Aku berbalik arah, dan memberhentikan motor di tepi jalan, mungkin sekitar 2,5 meter di depan mereka. Aku mengeluarkan selembar rupiah berwarna hijau.

"Sakit ya Pak anak nya?"

"Beubou…"

Aku menangkap kata 'bobo'.

"Beubou…" beliau mengucapkan nya kembali.

"Oh tidur ya Pak. Ini ya Pak ya…"

Beliau sesegera mungkin 'menyambar' tanganku untuk mengambil yang ingin kuberikan kepada beliau dan mengucapkan kata 'maturnuwun' berkali-kali. Suara beliau tidak jelas, seperti memiliki kekurangan dalam hal berbicara. Aku tidak tahu bawaan lahir yang bagaimana ini. Namun, beliau berucap dengan susah payah sekali, sementara sang anak tertidur pulas dengan balutan sarung batik kuning yang telah lusuh dan menggunakan jilbab berwarna merah muda yang menggradasi menjadi putih kusam.

"Mari Pak ya…"

Aku menyadari gerakan tubuh ku mengurangi rasa ku kepada diri sendiri.

Aku melanjutkan perjalanan ku menuju warung makan yang saudara-saudara ku telah lebih dulu pergi. Sungguh hati ku sangat tersentuh dan dengan banyak pertanyaan di kepala. 'Kemana istri beliau?' 'Beliau dari mana dan mau kemana?' 'Apakah sudah makan?' 'Apakah tidak memiliki uang untuk transportasi?' 'Apakah beliau selalu bersedih dalam hidup nya dengan kondisi seperti itu, atau bahkan tidak pernah dikarenakan kebesaran jiwa beliau dan keberserahan kepada Sang Pencipta?' 'Dimana rumah beliau?' 'Apakah beliau berhenti dan duduk di situ hanya karena sang putri yang tertidur, untuk tidak mengganggu tidur nya?' 'Apakah beliau sudah makan?' 'Apakah beliau sudah makan?' 'Apakah beliau sudah makan?'

Sungguh mengharukan. Aku mengharapkan untuk airmata ku jatuh saat ini. Ini sama sekali bukan tentang kecengengan, bukan! Aku ingin merayakan kebesaran Engkau ya Tuhan dan kebesaran mereka. Aku merasakan ada begitu banyak malaikat yang hadir di situ. Tatapan sayang dan haru dari nabi-nabi di surga sana. Orkestra dan simfoni alam yang mengalahkan bisingnya hiruk pikuk motor dan mobil yang melintas. Tuhan, sungguh besar saat ini. Sungguh hebat kehidupan ini. Aku ingin menangis Tuhan. Aku merasa kasihan yang teramat dengan mereka.

Di satu ruang di kepala ku terucap serapah-serapah yang menyampahkan.

'Seharusnya malu pemimpin yang tidak amanah itu dengan contoh keadaan ini yang begitu banyak jumlah nya di negeri ini.' 'Seharusnya para koruptor tersentuh dan tersadar betapa biadab nya mereka dengan melakukan korupsi!' 'Engkau negara, kenapa begitu lemah? Apakah karena sudah terlalu banyak anak-anak mu yang tidak amanah dan melakukan korupsi sehingga hanya berdiam, meringis, dan menangis? Aku ingin mengatakan engkau, aku, dan semua orang yang ada dan dilahirkan di negeri ini seharusnya malu dengan keadaan ini. Ini bukan miskin nya harta kita, namun miskin nya perilaku kita!'

Aku malu dengan diri ku.

Aku merasa kurang sementara juga merasa sangat lebih.

Aku mengakui, ketika kebaikan dilakukan dengan ketulusan itu, tak pernah ada kata cukup, bahkan memuaskan.

"Tuhan perbanyaklah pemimpin yang amanah. Berikanlah kewenangan-kewenangan dan kemampuan-kemampuan besar kepada pemimpin-pemimpin masa depan untuk bisa menjamin dan memastikan pemuliaan dan pengasih-sayangan kepada hamba-hamba Mu yang seharusnya berhak itu ya Tuhan…"