Showing posts with label Contemplation. Show all posts
Showing posts with label Contemplation. Show all posts
Tuesday, April 5, 2011
My Self-Preaching Note on Facebook (41-50)
Negative thinking and prejudice keep you and your world small.
(self-preaching note #41)
Mereka yang diakui sebagai golongan orang dewasa yang cerdas
ialah mereka yang hingga dewasa memiliki keberanian untuk berbicara
dan mengekspresikan diri mereka.
Akan tetapi...
Mereka yang disebut sebagai yang bijaksana ialah mereka
yang setelah dewasa cerdas memutuskan kapan untuk berbicara
dan cerdas memilih cara berespons.
(self-preaching note #42)
This is not about which one.
This is about how.
(self-preaching note #43)
When the question "what makes you success?" is asked,
the smart person will answer:"Because I am a smart person."
While the lovely and graceful person will answer:
"It is all about my mother (or father or parent)."
(self-preaching note #44)
There!! King's Speech and Colin Firth won the Oscar 2011.
Just a lesson, that life is about the intrinsic value, not the outer...:)
(self-preaching note #45)
Life is a long process of finding of the absolute and one truth.
That's the reason we are instructed to read and pay attention to it.
It's dynamic and our inability to understand all,
cause us hurting each other.
By this reason, a compulsory to us to always do the virtue and be good.
Perhaps, the God always smiles yonder up there...:)
(self-preaching note #46)
At the end of the day, when you are ready to sleep, you turn the soft music on.
It remains you that the happiness of life
is there within the respect and adoration of its greatness.
This is why you can keep your dreams for the betterment of life,
no matter how hard it is.
Karena hanya orang baik yang bisa merasakan keharuan
dan kesyahduan kehidupan. :)
(self-preaching note #47)
We live on earth having the job and roles.
But this job and roles never make you forget to live as a human.
Being as human is the greatest job and rule living on earth.
(self-preaching note #48).
Ada dunia dan kehidupan yang lebih besar daripada rasa takut
dan kekhawatiran yang sebenarnya perkara kecil ini.
Tia (dia) ialah kondisi di masa depan dengan kepercayaan akan visi yang mulia.
Merupakan penghargaan besar dan manifestasi rasa syukur
terhadap kehidupan dan kepada Sang Pemilik
untuk melakukan hal-hal besar untuk kebaikan.
(self-preaching note #49)
If it is not done by me, who? If it is not now, when?
Memang selalu ada harga untuk segala sesuatu.
Ya Tuhan, rahmati aku untuk tetap besar dan percaya.
Buat aku mengerti...:)
(self-preaching note #50)
My Self-Preaching Note on Facebook (31-40)
Will you still think judging a person is an easy thing and can be done without emphatic thinking?
Though, law supremacy can't be forgotten.
(self-preaching note #31)
Knowledge is both the highly good values and the plain informations.
That's way to educate people we need the glorious role models
and sophisticated information infrastructure to fulfill students' need toward the information.
We are now talking about professionalism and spiritualism in education.
(self-preaching note #32)
In process of getting out of your comfort zone,
you may find and receive the slightly negative expressions.
It's not about them, it's all about learning process of you.
But, be happy, that is how you are made to be wise and to master your new zone. :)
(self-preaching note #33)
While the discipline can't, the wisdom can embrace all people, all interests, and all problems.
That's the reason the wisdom is a common language.
(self-preaching note #34)
That's the reason the wisdom is a common language.
(self-preaching note #34)
Tuhan mengajurkan untuk membaca teks dan konteks kehidupan,
agar insan mengerti dan menghaluskan budi pekerti,
yang dalam perjalanan panjang pembacaan tersebut
menjadikan mereka bijaksana, nantinya.
Kesantunan dan saling penghormatan
ialah anasir-anasir pembentuk kebesaran kehidupan.
agar insan mengerti dan menghaluskan budi pekerti,
yang dalam perjalanan panjang pembacaan tersebut
menjadikan mereka bijaksana, nantinya.
Kesantunan dan saling penghormatan
ialah anasir-anasir pembentuk kebesaran kehidupan.
ikapun kebijaksanaan, kesantunan, dan penghormatan itu sulit,
apakah benar untuk menghentikan keberadaan insan lain di kehidupan?
Apakah iya membangun kemuliaan dan kemegahan di kehidupan nantinya
dengan tindakan kasar dan tidak manusiawi?
Apakah iya nasihat-nasihat yang tujuannya untuk kebaikan kehidupan itu seperti itu?
(self-preaching note #35)
apakah benar untuk menghentikan keberadaan insan lain di kehidupan?
Apakah iya membangun kemuliaan dan kemegahan di kehidupan nantinya
dengan tindakan kasar dan tidak manusiawi?
Apakah iya nasihat-nasihat yang tujuannya untuk kebaikan kehidupan itu seperti itu?
(self-preaching note #35)
Sesekali manusia harus menemukan dirinya dalam kehidupan
berada dalam kelompok minoritas, tak berkewenangan besar, dan tak berdaya kuat.
Agar,
ketika menjadi majoritas, berkewenangan besar, dan berdaya kuat,
dapat mengerti, berkasih sayang, menghormati, dan perhatian
kepada mereka yang minoritas, tak berkewenangan besar, dan tak berdaya kuat itu.
(self-preaching note #36)
berada dalam kelompok minoritas, tak berkewenangan besar, dan tak berdaya kuat.
Agar,
ketika menjadi majoritas, berkewenangan besar, dan berdaya kuat,
dapat mengerti, berkasih sayang, menghormati, dan perhatian
kepada mereka yang minoritas, tak berkewenangan besar, dan tak berdaya kuat itu.
(self-preaching note #36)
Mereka yang merasa "secure" dengan diri sendiri
tidak pernah merasa terancam, atau
merasa kebebasan dan keleluasaan diri mereka berkurang
ketika orang lain mendapatkan kebebasan dan keleluasaan.
Mereka hanya telah menemukan kepenuhan dan kemantapan hati
dari pembacaan nasihat-nasihat yang terhampar luas di kehidupan.
(self-preaching note #37)
tidak pernah merasa terancam, atau
merasa kebebasan dan keleluasaan diri mereka berkurang
ketika orang lain mendapatkan kebebasan dan keleluasaan.
Mereka hanya telah menemukan kepenuhan dan kemantapan hati
dari pembacaan nasihat-nasihat yang terhampar luas di kehidupan.
(self-preaching note #37)
Peliknya perihal agama
ialah ketika satu atau sedikit penganutnya
berperilaku tidak hormat kepada penganut agama lain
atau menstigma negatif kepada agama lain,
seolah-olah agama yang dianut mengajarkan seperti itu.
Sementara,
agama sangat bergantung dari interpretasi penganut per individu.
ialah ketika satu atau sedikit penganutnya
berperilaku tidak hormat kepada penganut agama lain
atau menstigma negatif kepada agama lain,
seolah-olah agama yang dianut mengajarkan seperti itu.
Sementara,
agama sangat bergantung dari interpretasi penganut per individu.
Mahalnya, hebatnya, dan agungnya suatu agama dalam hati kita yang kita yakini
sehingga posisinya mantap di hati,
ialah justru ketika dia direndahkan atau disalahkan
dan membuat kita tertekan sebagai penganutnya,
namun kita hanya tersenyum dengan kekeliruan pengertian
dari mereka yang lain itu.
(self-preaching note #38)
sehingga posisinya mantap di hati,
ialah justru ketika dia direndahkan atau disalahkan
dan membuat kita tertekan sebagai penganutnya,
namun kita hanya tersenyum dengan kekeliruan pengertian
dari mereka yang lain itu.
(self-preaching note #38)
Penggunaan bahasa asing atau istilah-istilah akademik yang tinggi
memang berhasil mencitrakan seorang pemimpin
sebagai seseorang terdidik atau terpelajar dengan baik.
Namun, hanya pemimpin yang bicaranya sederhana namun dari hati
yang mendapatkan hati dan cinta dari orang-orangnya.
memang berhasil mencitrakan seorang pemimpin
sebagai seseorang terdidik atau terpelajar dengan baik.
Namun, hanya pemimpin yang bicaranya sederhana namun dari hati
yang mendapatkan hati dan cinta dari orang-orangnya.
Apalagi kecerdasan yang tinggi selain mengerti dan bisa berempati
kepada orang lain, terutama kepada mereka yang dipimpinnya?
Mungkin itu yang membedakan pemimpin pintar dengan pemimpin yang agung.
Hidup terlalu mudah ketika hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi
dan membentuk diri sendiri.
(self-preaching note #39)
kepada orang lain, terutama kepada mereka yang dipimpinnya?
Mungkin itu yang membedakan pemimpin pintar dengan pemimpin yang agung.
Hidup terlalu mudah ketika hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi
dan membentuk diri sendiri.
(self-preaching note #39)
Seperti antara keluarga dan pekerjaan yang sering dikeluhkan banyak orang
tentang bagaimana cara mendapatkan keseimbangan di dalamnya--
alih-alih menjadikan meretia (mereka) dua kutub yang saling meniadakan dan melupakan,
begitupun halnya antara agama dengan penghormatan atau kasih sayang.
Mengapa ada orang-orang besar, alim, dan tulus taat kepada agamanya,
namun juga baik, mengerti dan hormat kepada orang lain dan kepercayaannya, bijaksana, dan bahkan mulia bagi semua lapisan horisontal agama itu?
tentang bagaimana cara mendapatkan keseimbangan di dalamnya--
alih-alih menjadikan meretia (mereka) dua kutub yang saling meniadakan dan melupakan,
begitupun halnya antara agama dengan penghormatan atau kasih sayang.
Mengapa ada orang-orang besar, alim, dan tulus taat kepada agamanya,
namun juga baik, mengerti dan hormat kepada orang lain dan kepercayaannya, bijaksana, dan bahkan mulia bagi semua lapisan horisontal agama itu?
Agama memang bukan budaya, tia (dia) nilai luhur yang sifatnya "rigid" dari atas sana.
Namun jangan lupa, cara kita dibesarkan, cara merespon, dan berpola pikir,
semuanya dipengaruhi oleh, bahkan itu budaya kita sendiri.
Namun jangan lupa, cara kita dibesarkan, cara merespon, dan berpola pikir,
semuanya dipengaruhi oleh, bahkan itu budaya kita sendiri.
Mungkin kita harus memisahkan terlebih dahulu pendidikan pembentukan pribadi yang "fair" terhadap diri sendiri dan kehidupan,
dengan pendidikan untuk pemahaman dan peresapan nasihat-nasihat agama,
di pikiran dan di hati, yang kemudian menjadi tindakan yang saksama dan matang.
dengan pendidikan untuk pemahaman dan peresapan nasihat-nasihat agama,
di pikiran dan di hati, yang kemudian menjadi tindakan yang saksama dan matang.
Apakah dia yang disebut suri tauladan itu, terlahir sebagai nabi dulu baru kemudian menjadi orang baik, mulia, luhur, dan mampu memimpin dirinya sendiri, atau sebaliknya?
Bagaimana bisa nasihat-nasihat agama membelakangi nurani?
(self-preaching note#40)
Bagaimana bisa nasihat-nasihat agama membelakangi nurani?
(self-preaching note#40)
Monday, January 31, 2011
My Self-Preaching Note on Facebook (21-30)
A million of good theory will have no impact at all
in a heart of which the compassion and humility are absent within.
Melihat dari ketinggian ke bawah ialah lebih indah
daripada melihat ke ketinggian dari bawah.
That's the way you understand your surrounding wisely.
Akan tetapi,
ketinggian itu hanya di dapat dari pengertian-pengertian baik yang dimengerti...
There is a point of time you think that your contributions is not that significant..
It isn't that you are incompetent,
but merely about the ideal ones.
It must be the right person in the right time, in right position...
Once the decision made, life is changing then, just the way it is...
We, as a whole nation, do not go far enough
because too much listening and considering the doubting words from others.
We, one day, may fail. But the next day,
we can learn mistakes and carry on the journey to the envisioned ones.
It is just a matter of willingness to try...
Untuk segala kepelikan hidup di kemudian hari,
ialah segala sesuatu yang awalnya mudah namun tidak dilakukan.
Sementara itu, untuk segala kecemerlangan hidup di kemudian hari,
ialah segala sesuatu yang awalnya sulit namun terus dilakukan.
Keduanya sama,
hanya perihal keputusan yang sifatnya bijaksana dan ikhlas untuk melakukan.
Untuk mendekatkan, seharusnya anda melakukan.
(self-preaching note #21)
He who is the true leader will never talk about how heavy his burden
as a leader is to his people--not even about his salary.
Mungkin kita terlalu banyak berceloteh dalam keseharian,
sehingga melupakan mana yang prinsipil dan kritis...
(self-preaching note #22)
Anything happens, even when you lose or fail,
if you do the virtue and the right, you win.
This is called "sportive living"; another term of integrity.
(self-preaching note #23)
One that more powerful than connection to open the "door"
is the combination of strong willingness, the courage to try, and the efforts
to present your best attitudes.
To actualize your dreams, you are required to manifest your best attitudes.
(self-preaching note #24)
Those who get respect from the people younger than them
are those who are humble and understand others.
The older you are, the more you should understand
what really counts and matters for the sake of effectiveness and glory of life.
(self-preaching note #25)
Tidak berbeda dengan dalam kemenangan, momentum juga berada dalam kekalahan.
Negara ini terhanyut dalam momentum kekalahan perilaku koruptif
dari anak-anak bangsanya sendiri.
Satu-satunya cara untuk memecahkan momentum ini
ialah aksi kejutan yang powerful dari pemilik autoritas tertinggi negara.
Be bold and have the incredibly strong breakthrough actions
--the strong leadership example.
Rasa malu ini sudah tidak membuat malu lagi di antara kita sesama bangsa
yang tinggal dalam lingkungan negatif yang membiasa dan melenakan ini.
Tapi, rasa malu kepada bangsa lain tidak akan pernah hilang...
Inilah pegangan terakhir...
(self-preaching note#26)
Yang ditunggu dari pemimpin itu ialah keputusan dan aksi strategik
untuk peningkatan kualitas hidup orang-orang yang dipimpinnya.
Para ahli agama, orang yang lebih tua, dan orang bijaksana ada di samping pemimpin
untuk memberikan petuah, nilai, dan kebijaksanaan
untuk terjaminnya kualitas kepemimpinan pemimpin.
Pemimpin lah yang mendekat kepada mereka.
Karena, keanggunan pemimpin itu terpancar hanya jika dirinya merendahkan hati.
Seharusnya, pemimpin lebih banyak mendengar...
(self-preaching note#27)
Victory loves preparation. #Mechanic
To pursue your dreams and ideals, you need to master an art:
the art how to make sure your self of when to discuss (instead of bargaining)
your dreams and vision to other people and when to think deeply alone.
Indeed, it is that "holy".
(self-preaching note #28)
We potentially become happy when
we have excitement at specific area, domain, or thing in life.
You find it may be in your job, service, relationship, and so forth.
Excitement is powerfully potent to change and to transform you;
make sure it is for the sake of your greatness.
(self-preaching note #29).
Everytime you feel both inferior and negative,
go to work and study hard of your core competence.
Everyone has it...
Come into your own!!
(self-preaching note #30)
My Self-Preaching Note on Facebook (11-20)
This life is a universal campus for us
to garner unlimited knowledges, insights, and wisdoms.
The opportunity is widely open, every day...
The hardest thing to keep is the enthusiasm,
the awareness that reminds us
that we have to always move, learn, and share...
(self-preaching note #11)
You are what matters to you.
(self-preaching note #12)
I have been going that far, but I haven't been going far enough.
(self-preaching note #13)
For that high, it must be that much and high enough too.
Higher obsession requires higher devotion and emotion.
That's an undeniable law...
(self-preaching note #14)
Remember this preach?: "Despite you win in a race of rats, you are still a rat!"
You are what and who surrounds you.
This is merely about decision making and determination.
(self-preaching note #15)
The unwillingness to move out of your comfort zone
is the reflection of your unbelief of
that you can be a new one, yet better of course.
Indeed...
the repetition and the routine really shape us,
and,
make us believe that this is us, the best us, and nothing else important..
But, why are you envying other's superiority?
Please rethink and redefine yourself...
You deserve for that too.
(self-preaching note #16)
You don't know many things, but you can learn everything, right?
(self-preaching note #17)
Setiap pribadi memiliki potensi yang sama untuk sampai ke sana,
hanya spesifikasinya yang berbeda.
Tugas anda sang pemimpin
ialah untuk memperlihatkan dan mendefinisikan kenyataan,
kemudian mengarahkan dan memungkinkan pribadi-pribadi
yang anda pimpin untuk mampu mencapai potensi mereka.
Siapapun anda bagi mereka, anda hanya melakukannya.
Itulah maksud kepemimpinan tanpa titel itu...
(self-preaching note #18)
At the end of your journey,
it is the failures that makes you smile and graceful...
(self-preaching note #19)
Please show me the most successful person ever,
and I will show a person who has failures above all people...
If you have known that it is the failure that makes miracle,
and you keep carrying on,
why you are still sad?
(self-preaching note #20)
Saturday, November 27, 2010
My Self-Preaching Note on Facebook
Hanya karena mata dapat menceritakan siapa kita,
bukan berarti kita harus menutup mata
dalam berinteraksi secara sosial sehari-hari.
Nasihatnya ialah,
jauh lebih mudah untuk menjadi baik secara autentik...
(self-preaching note #1)
Every victory begins with a decision to fight.
(self-preaching note #2)
The more you do the virtue to the life, the more the life will pay attention to and care about you.
(self-preaching #3)
There must be no satisfaction for those
who have great and super visions in the future,
yet they have to always be grateful for everything that
both has been accomplished and hasn't been accomplished.
(self-preaching note #4)
Either you win or you lose, you just have to reflect all, finding that disguised meaning.
(self-preaching note #5)
One of the excitement of life is
knowing something new and interesting for you.
So, come on...!!!
Pursue, chase, discover, and get it!!
Life is all about growing and learning. :)
(self-preaching note #6)
Life is sometimes like TOEFL test.
Beside you have to learn and master the skills,
you are also supposed to be quick and prudent in doing the test.
Lebih cepat lebih baik (JK), love him so much...:)
(self-preaching note #7)
Yang masih lebih indah dan menarik untuk dibicarakan
antara pelayanan dan pengetahuan
ialah pelayanan...
Pelayanan ialah catatan dalam kehidupan atas penggunaan
sumber daya diri secara bermanfaat bagi orang lain.
(self-preaching note #8)
The first step that should be taken for being a winner
is to win of the thought of loser.
It is to believe in and to ensure yourself.
We ought to get everything positive.
Concluded that,
we are about to get the triumphant of inferiority within our mind...
(self-preaching note #9)
There is a great woman behind every single great leader.
If it is not mother, it is wife.
But, I believe both, mother first, then wife...
The nation will be that great & powerful if it has great leaders.
It is government's task, if not saying a must,
to keep and empower woman to be great
by giving safety, prosperity, education, understanding, & inspiration,
so they can give birth & grow great leaders.
Tenderness rises strength is just another example of life's laws...
(self-preaching note #10)
Tuesday, June 29, 2010
Kenapa Sulit Untuk Hatimu Bersyukur?
"Kehidupan ialah,apa yang seharusnya yang penting..."
Tuhan yang Maha Sempurna, begitu indah nama-Mu, bahkan ketika menyebutkannya saja, diri ini merasa malu, teringat akan begitu banyak pemberian-Mu, bukan hanya tidak mampu hamba hitung, namun sangat jauh dari kata sadar akannya, apalagi mensyukuri...
Tuhan, Engkau yang Maha Bijaksana, yang mengetahui apa-apa yang terbaik bagi hamba-Mu, yang walaupun untuk apa-apa yang menurut kami tidak cocok, Engkau-lah yang lebih tahu. Begitu sabarnya Engkau akan keluh kesah dan amarah hamba-Mu yang tak tahu diri, untuk berterima kasih kepada-Mu ya Tuhan...
Tuhan, dengan nama-Mu yang Maha Besar nan Maha Pemaaf itu, Engkau membiarkan kami menjauh dari-Mu, melalaikan tatapan kasih-Mu, namun tak ada kau murka. Tak ada kau seketika itu juga menghukum kami ya Tuhan.
Tuhan, dengan menyebut sifat-Mu yang Maha Pemberi itu, yang tak henti-hentinya memberi, meski kami selalu saja lupa untuk berterima kasih. Engkau tak pernah marah bahwa doa-doa kami hanya bersifat meminta, yang sebenarnya seharusnya kami untuk selalu berterima kasih. Kami selalu merasa kurang. Kami tidak melihat bagi hamba-hamba-Mu yang lain, yang jauh kurang seberuntung kami, namun begitu lebih dalam pengterimakasihannya kepada-Mu. Tuhan diri ini malu. Peliharalah malu yang indah ini. Malu yang mengingatkan untuk tidak merasa kurang. Malu yang mengingatkan untuk bermental keberlimpahan dalam kehidupan.
Tuhan, dengan menyebut nama-Mu yang Maha Perkasa itu, yang kami dalam perasaan rindu dan ingin dekat dengan orang tua dan adik-adik kami, perkenankan kami memohon, "sayangi mereka yang Tuhan, muliakan mereka ya Suci, lindungi mereka ya Penyayang, bahagiakan mereka ya Maha Perencana, pelihara mereka ya Pemilik Kekuatan, dan berikan rizki yang baik ya Pemilik Kehidupan..."
Tuhan, Engkau pemilik semesta, yang kami tidak ada apa-apanya, sekecil-kecilnya bentuk, namun Engkau sematkan status sebagai sebaik-sebaiknya makhluk, yang doa-doa kami Engkau dengarkan dan kabulkan, yang hanya sebesar dan secepat kesungguhan, ketulusan, dan keberpasrahan kami dalam menyegerakan perbuatan untuknya.
Tuhan, Engkau indah, titip salam untuk orang tua dan adik-adik kami yang lucu-lucu itu...
Ya Allah, Engkau lah Tuhan itu...
(Inspired by starving and poor old lady in Pamekasan...Ketika kami memiliki kelebihan, bahkan untuk makan hanya nasi saja beliau harus menahan dan menangis akan nya, dalam ketidakmampuan beliau...)
Tuhan, nikmatmu mana lagi kah yang kami dustakan...?
Monday, April 12, 2010
Other Autonomous Living

"Bangunlah kerajaanmu di atas tanahmu sendiri, jangan bangun kerajaanmu di tanah orang lain, karena orang lain juga
ingin membangun kerajaan mereka sendiri di tanah mereka sendiri. Hidup bukan memaksakan hebatnya kemegahan yang mampu
kita ciptakan untuk digunakan oleh orang lain, namun mempersilakan dan memuliakan orang lain di dalam kemegahan kita.
Hampir tidak pernah kata "mempersilakan" yang mencerminkan keadaan kekerasan dan keterpaksaan, ialah adanya kesalingtergantungan
tulus dalam keindahan kedamaian."
Semakin terasa hidup berubah. Semakin banyak hal yang mesti dipertimbangkan dengan matang. Semakin banyak hal yang
harus dikumpulkan untuk memberi lebih banyak. Ternyata malah seringnya, untuk mengumpulkan-untuk memberi banyak, dengan hanya
melakukan diam dan memahami orang lain, bukan sama sekali mencoba memberi dengan kumpulan yang telah sampai saat ini kita miliki.
Siapapun dia, kita tidak berhak, meski hidupnya ada karena ada hidupnya kita.
Waktu membuktikan bahwa setiap orang akan memiliki otonomi pikiran, perasaan, dan hasrat tersendiri dalam hidupnya.
Mungkin iya dulu mereka masih bergantung kepada kita dan kita secara aktif memberikan dengan penerimaan hampir selalu penuh dari
mereka, namun hidup terus berubah. Jika kita merasa lebih hebat, lebih tahu, dan lebih menguasai, yang membenarkan kita
untuk harus dituruti dan didengarkan selalu, mungkin itu hanya karena kita secara hukum alam lebih dulu. Mereka kini telah
mengalaminya juga. Jika kita merasa lebih, mungkin kenyataan saat ini yang tak tersadari oleh kita mereka malah lebih dari lebihnya
kita. Sehingga, relevansi itu akan selalu ada, namun dengan elemen, konten, nilai, atau komponen berbeda dengan waktu
yang berlaku sedang berjalan.
Pemikiran untuk menghidupkan dan berorientasi ke dan lebih ke dalam merupakan sebuah prinsip dan langkah arif untuk
menjadikan masih relevannya kita untuk di dengarkan (to be listened to) dan bukan hanya untuk didengar (to be heared to). Untuk secara dalam
dan penuh memahami, bukankah kita disyaratkan untuk tulus dan menundukkan hati terhadap sesuatu yang ingin kita mengerti?
Begitulah paradigmanya. Untuk didengarkan, kita harus mampu membuat mereka tulus dan menundukkan hati mereka untuk
mendengarkan kita. Ketulusan dan ketundukan hati tidak dapat dipaksakan, tidak lebih merupakan sebuah apresiasi dan
pengakuan penuh akan kepantasan kita untuk didengar. Dan ternyata, kepantasan itu dibangun bukan dengan memaksakan dari
dalam ke luar, namun memaksakan dari dalam ke dalam, atau dari luar ke dalam sebagai stimulus utama atau hanya penyempurna. Ketulusan
dan ketundukan hati itu datang dengan pengakuan mereka-untuk keharusan kita berempati, yang datang dan masuk ke dalam.
Selalu, carilah dan dengarkanlah yang berada di dalam secara lebih dalam, dan kumpulkanlah yang dari luar...
Monday, June 29, 2009
EXPANDING THE COMFORT ZONE (KKN part 2)
Sometimes, the ending is just the beginning…
Hidup itu seperti senja. Seolah dia mengatakan bahwa sesuatu yang akan datang itu menakutkan, tidak baik, dan kelam. Pada saat senja, kau merasakan akan tiba saatnya kegelapan berkuasa di bumi. Pada saat senja kau merasakan bahwa dirimu akan sendiri, sepi. Pada saat senja kau merasakan bahwa impian-impianmu itu sebenarnya hanyalah mimpi yang takkan pernah kau raih dan dapatkan. Pada saat senja pula kau merasakan akan sampai saat untuk merasakan kekosongan dan ketakutan.
Senja menjadi ketakutan tersendiri. Ketakutan dirimu akan keadaan seseorang yang kau sayangi di luar sana. Akankah dia baik-baik saja? Merasa nyaman dan amankah dirinya saat senja menjelang dan yang terjadi kemudian? Ketakutan akan dirimu yang tertinggal sendiri untuk menghadapi hari tanpa orang tua yang menasehati dan menyayangi. Seolah bumi dan segalanya isinya menjadi hal yang sangat sombong untuk bersahabat denganmu kemudian.
Tapi, jika kau cukup memiliki keberanian untuk melewatinya, bukankah malam itu indah. Semakin tua umur malam itu, semakin kau hanyut dan merasa tenang di dalamnya. Dengan menahan tidur kau bisa melihat bintang yang semakin malam semakin banyak jumlahnya. Bersahut-sahutan dalam kerlipannya. Membentuk sesuatu sehingga kau mengenal yang namanya rasi bintang. Menjadikan dirinya penting bagi para nelayan untuk mencari jalan pulang. Untuk membuat meriah samudera, yang awalnya sepi dan dingin, menjadi sebuah dunia perjalanan indah tersendiri bagi pelakunya.
*****
Agenda ini membuat kepayang. Dia dan tugas rutin, sungguh membuat nafas sudah tinggal di ubun-ubun. Satu tambah satu sama dengan tiga, begitulah si sinergi bekerja. It lessen my time. Mereka membuat tubuh semakin lebar dikarenakan kurang waktu untuk olahraga. Mereka membuat rambutku tegang selama setidaknya dua bulan terakhir ini. Mungkin ini yang menyebabkan uban setengah matang yang mengaku keren kemarin tumbuh di antara si hitam mayoritas di kepalaku.
Dalam waktu kurang dari seminggu, aku akan telah menginjakkan kaki di Sumatra. KKN MAHASISWA. Keren bukan nama agenda itu?? What do the people think about the university student exactly?? What can I do for the society?? Will it worthy for them??
‘Suka dengan hal-hal baru!!’
Begitu mengesankan bukan slogan itu. Tapi bukan aku yang menyatakannya. It’s just so overconfident. Biasanya banyak kau temukan pada akun-akun di Facebook atau Friendster atau Twitter, atau para artis yang mengucapkannya di acara talkshow atau infotainment. You and me must remember perhaps, that this is not easy to dealing with the new things, is it??
Pra dan setelah keberangkatan pasti telah dan akan membuatku seseorang yang berbeda. Mencoba mengidentifikasi dan berkontemplasi mengenai hal-hal baru yang telah dan yang akan datang. Nothing is perfect, but they will attribute you. Okay, I accept that. I have been trying to compromise with my self.
OUT OF THE COMFORT ZONE
Let me list the things which are not in my comfort zone. Here they are:
Rapat. Sebuah kata yang keren untuk diucapkan. Kata ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang beruntung dan memiliki kemauan. Beruntung untuk bisa sekolah, berorganisasi, memiliki pekerjaan, dan tentu mereka dapatkan karena mereka memiliki kemauan untuk itu. Tapi kadang-kadang (or often??), berorganisasi itu hanya seperti window dressing pada laporan keuangan, atau make-up pada wajah.
“Yah, aku ikut BEM agar curriculum vitae-ku lebih bagus aja nantinya” dengan senyum temanku mengatakan seperti itu kepadaku.
“Organisasi itu asyik lagi, ngecengin siapa kek gitu!!” Biasanya laki-laki yang dengan percaya diri menyatakan hal ini.
Aku harus ikut rapat. Terakhir rapat sepertinya sewaktu SMA. OSIS itulah nama organisasi keren nan narsis itu. Setidaknya agar tidak ketinggalan informasi mengenai agenda yang hanya ber-SKS tiga ini. But often bentrok dengan jadwal kuliah. Kuliah tentu menjadi prioritas. Kamu kan ke kota ini bukan untuk rapat Ky?? He….
Ngamen. Aku tidak tahu ini hal yang justifiable apa tidak. Tapi aku kini telah pernah berada pada posisi yang berbeda dalam kehidupan ini. Mengajarkanku untuk how to behave toward or treat them. They are great people actually.
Satu pengalaman menarik ialah ketika para foreign student yang kami coba hibur, dan mereka requested lagu berbahasa inggris, dan kami menyanyikan, but they just gave us Rp 1.000,- Padahal mereka sudah menang secara kurs dengan negara kasihan ini. Tetapi mereka hanya memberi sepersepuluh dolar Amerika. “Siapa suruh menyanyi fals!!”
Jualan Baju Bekas. Pukul tiga pagi yang mana ketika para karyawan SPBU yang bermata hanya tinggal lima watt, aku menggangu mereka. Perjalanan berjarak lumayan ke pasar depan Candi Prambanan. Baju, celana, tas-bekas yang kami kumpulkan dari para pemiliknya, terjual dengan harga tidak lebih lima ribu rupiah per item. Untuk baju, paling mahal berharga dua ribu. It’s was sold. Sejalan dengan meningkatnya ekonomi Indonesia yang diteriakkan pemerintah!!?? Or it’s just about the mentality??
EXPANDING THE COMFORT ZONE
I faced those realities. Give me other perspectives, about the people, about the life, and about the process. Prior, I bothered me, my comfort zone. But, Don’t we have to change, do we?? To survive, to be better, to be stronger, to be wiser, to be greater.
The Change, a word that I’m not supposed to be afraid of. It’s all about expanding the comfort zone solely…
Subscribe to:
Posts (Atom)