Tuesday, April 5, 2011

My Self-Preaching Note on Facebook (41-50)







Negative thinking and prejudice keep you and your world small.
(self-preaching note #41)



Mereka yang diakui sebagai golongan orang dewasa yang cerdas
ialah mereka yang hingga dewasa memiliki keberanian untuk berbicara 
dan mengekspresikan diri mereka.
Akan tetapi...
Mereka yang disebut sebagai yang bijaksana ialah mereka 

yang setelah dewasa cerdas memutuskan kapan untuk berbicara 
dan cerdas memilih cara berespons.
(self-preaching note #42)



This is not about which one.
This is about how.
(self-preaching note #43)



When the question "what makes you success?" is asked,
the smart person will answer:"Because I am a smart person."
While the lovely and graceful person will answer:
"It is all about my mother (or father or parent)."
(self-preaching note #44)



There!! King's Speech and Colin Firth won the Oscar 2011.
Just a lesson, that life is about the intrinsic value, not the outer...:)
(self-preaching note #45)



Life is a long process of finding of the absolute and one truth.
That's the reason we are instructed to read and pay attention to it.
It's dynamic and our inability to understand all,
cause us hurting each other.
By this reason, a compulsory to us to always do the virtue and be good.
Perhaps, the God always smiles yonder up there...:)
(self-preaching note #46)



At the end of the day, when you are ready to sleep, you turn the soft music on.
It remains you that the happiness of life

 is there within the respect and adoration of its greatness.
This is why you can keep your dreams for the betterment of life, 

no matter how hard it is.
Karena hanya orang baik yang bisa merasakan keharuan 

dan kesyahduan kehidupan. :)
(self-preaching note #47)



We live on earth having the job and roles. 
But this job and roles never make you forget to live as a human. 
Being as human is the greatest job and rule living on earth. 
(self-preaching note #48).


Ada dunia dan kehidupan yang lebih besar daripada rasa takut 
dan kekhawatiran yang sebenarnya perkara kecil ini. 
Tia (dia) ialah kondisi di masa depan dengan kepercayaan akan visi yang mulia.
Merupakan penghargaan besar dan manifestasi rasa syukur

terhadap kehidupan dan kepada Sang Pemilik 
untuk melakukan hal-hal besar untuk kebaikan.
(self-preaching note #49)



If it is not done by me, who? If it is not now, when? 
Memang selalu ada harga untuk segala sesuatu.
Ya Tuhan, rahmati aku untuk tetap besar dan percaya. 

Buat aku mengerti...:)
(self-preaching note #50)

My Self-Preaching Note on Facebook (31-40)








There is a complex system behind everyone's unfavorable actions. 
Will you still think judging a person is an easy thing and can be done without emphatic thinking? 
Though, law supremacy can't be forgotten. 
(self-preaching note #31)

Knowledge is both the highly good values and the plain informations. 
That's way to educate people we need the glorious role models 
and sophisticated information infrastructure to fulfill students' need toward the information. 
We are now talking about professionalism and spiritualism in education. 
(self-preaching note #32)

In process of getting out of your comfort zone, 
you may find and receive the slightly negative expressions. 
It's not about them, it's all about learning process of you. 
But, be happy, that is how you are made to be wise and to master your new zone. :) 
(self-preaching note #33)

While the discipline can't, the wisdom can embrace all people, all interests, and all problems.
That's the reason the wisdom is a common language.
(self-preaching note #34)

Tuhan mengajurkan untuk membaca teks dan konteks kehidupan,
agar insan mengerti dan menghaluskan budi pekerti,
yang dalam perjalanan panjang pembacaan tersebut
menjadikan mereka bijaksana, nantinya.
Kesantunan dan saling penghormatan
ialah anasir-anasir pembentuk kebesaran kehidupan.
ikapun kebijaksanaan, kesantunan, dan penghormatan itu sulit,
apakah benar untuk menghentikan keberadaan insan lain di kehidupan?
Apakah iya membangun kemuliaan dan kemegahan di kehidupan nantinya
dengan tindakan kasar dan tidak manusiawi?
Apakah iya nasihat-nasihat yang tujuannya untuk kebaikan kehidupan itu seperti itu?
(self-preaching note #35)

Sesekali manusia harus menemukan dirinya dalam kehidupan
berada dalam kelompok minoritas, tak berkewenangan besar, dan tak berdaya kuat.
Agar,
ketika menjadi majoritas, berkewenangan besar, dan berdaya kuat,
dapat mengerti, berkasih sayang, menghormati, dan perhatian
kepada mereka yang minoritas, tak berkewenangan besar, dan tak berdaya kuat itu.
(self-preaching note #36)

Mereka yang merasa "secure" dengan diri sendiri
tidak pernah merasa terancam, atau
merasa kebebasan dan keleluasaan diri mereka berkurang
ketika orang lain mendapatkan kebebasan dan keleluasaan.
Mereka hanya telah menemukan kepenuhan dan kemantapan hati
dari pembacaan nasihat-nasihat yang terhampar luas di kehidupan.
(self-preaching note #37)

Peliknya perihal agama
ialah ketika satu atau sedikit penganutnya
berperilaku tidak hormat kepada penganut agama lain
atau menstigma negatif kepada agama lain,
seolah-olah agama yang dianut mengajarkan seperti itu.
Sementara,
agama sangat bergantung dari interpretasi penganut per individu.
Mahalnya, hebatnya, dan agungnya suatu agama dalam hati kita yang kita yakini
sehingga posisinya mantap di hati,
ialah justru ketika dia direndahkan atau disalahkan
dan membuat kita tertekan sebagai penganutnya,
namun kita hanya tersenyum dengan kekeliruan pengertian
dari mereka yang lain itu.
(self-preaching note #38)

Penggunaan bahasa asing atau istilah-istilah akademik yang tinggi
memang berhasil mencitrakan seorang pemimpin
sebagai seseorang terdidik atau terpelajar dengan baik.
Namun, hanya pemimpin yang bicaranya sederhana namun dari hati
yang mendapatkan hati dan cinta dari orang-orangnya.
Apalagi kecerdasan yang tinggi selain mengerti dan bisa berempati
kepada orang lain, terutama kepada mereka yang dipimpinnya?
Mungkin itu yang membedakan pemimpin pintar dengan pemimpin yang agung.
Hidup terlalu mudah ketika hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi
dan membentuk diri sendiri.
(self-preaching note #39)

Seperti antara keluarga dan pekerjaan yang sering dikeluhkan banyak orang
tentang bagaimana cara mendapatkan keseimbangan di dalamnya--
alih-alih menjadikan meretia (mereka) dua kutub yang saling meniadakan dan melupakan,
begitupun halnya antara agama dengan penghormatan atau kasih sayang.
Mengapa ada orang-orang besar, alim, dan tulus taat kepada agamanya,
namun juga baik, mengerti dan hormat kepada orang lain dan kepercayaannya, bijaksana, dan bahkan mulia bagi semua lapisan horisontal agama itu?
Agama memang bukan budaya, tia (dia) nilai luhur yang sifatnya "rigid" dari atas sana.
Namun jangan lupa, cara kita dibesarkan, cara merespon, dan berpola pikir,
semuanya dipengaruhi oleh, bahkan itu budaya kita sendiri.
Mungkin kita harus memisahkan terlebih dahulu pendidikan pembentukan pribadi yang "fair" terhadap diri sendiri dan kehidupan,
dengan pendidikan untuk pemahaman dan peresapan nasihat-nasihat agama,
di pikiran dan di hati, yang kemudian menjadi tindakan yang saksama dan matang.
Apakah dia yang disebut suri tauladan itu, terlahir sebagai nabi dulu baru kemudian menjadi orang baik, mulia, luhur, dan mampu memimpin dirinya sendiri, atau sebaliknya?
Bagaimana bisa nasihat-nasihat agama membelakangi nurani?
(self-preaching note#40)

Program Besar Itu


DARI DUNIA, MENYAPA KOTABARU
Program Pembuka Wawasan dan Pembangun Kesadaran
Siswi-siswa Kotabaru
Oleh: Zulfakhri Auzar


Latar Belakang
Program ini didasari oleh keyakinan bahwa setiap pribadi memiliki potensi yang sama untuk  mencapai visi dan impiannya di masa depan. Potensi yang sama bukan berarti bahwa bakat atau tingkat kemampuan dari bidang atau ketertarikan tertentu sama, melainkan sebuah keyakinan internal setiap pribadi bahwa dirinya bisa menjadi apa saja di masa depan dengan membayar keharusan-keharusan untuk mencapainya.
Kenyataannya, masih banyak siswi-siswa yang masih belum memiliki keberanian dan kepercayaan diri terhadap potensi diri dan kemungkinan-kemungkinan mereka untuk bisa menjadi apa di masa depan. Ketidakberanian dan ketidakpercayaan diri ini mungkin merupakan pengaruh dari faktor-faktor eksternal (orang tua, guru, lingkungan, teman, dan kultur) yang berlangsung alamiah dalam keseharian yang membentuk paradigma berpikir yang keliru bagi mereka, maupun ketidaktahuan mereka selama ini dengan terbatasnya aksesibilitas informasi-informasi (buku-buku dan media online) yang menunjang pembentukan keberanian dan kepercayaan tersebut.
Acara ini didesain untuk mencoba meruntuhkan paradigma keliru tersebut dan berbagi pengetahuan kepada siswi-siswa setingkat SMA, MA, dan SMK di Kotabaru dari lima mahasiswi-mahasiswa negara asing (Australia, Kanada, dan Belanda) dan satu mahasiswa dari Indonesia (Kotabaru), dalam pendekatannya yang bersifat inspirasional dan motivasional.
Program ini juga didesain untuk mengingatkan siswi-siswa akan pentingnya pendidikan bagi mereka. Siswi-siswa diajak agar berani bermimpi dan berkeinginan untuk terus melanjutkan pendidikan dan mengaplikasikan prinsip untuk selalu belajar seumur hidup, tidak memandang bagaimana tidak mungkinnya atau sulitnya keadaan kehidupan mereka saat ini untuk mereka memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Siswi-siswa diajak untuk meyakini bahwa kehidupan memiliki banyak skenario yang memungkinkan mereka mencapai impian di masa depan, sepanjang mereka percaya dan bekerja keras untuk mencapainya.
Meskipun memfokuskan pada pembangunan kesadaran dan pembukaan wawasan siswi-siswa, acara ini juga dimaksudkan secara tidak langsung untuk lebih meningkatkan kesadaran pihak lebih luas–pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta–akan pentingya keterlibatan mereka terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Kotabaru. The education is the business of every person. Peningkatan kualitas pendidikan di manapun itu adalah urusan atau kewajiban bagi setiap pihak, karena kualitas kehidupan, yang merupakan kepentingan setiap orang, sangat bergantung pada kualitas pendidikan.
Pemerintah diharapkan lebih banyak berpikir strategik mengenai penciptaan program-program terobosan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini mensyaratkan pemerintah untuk mampu dengan berbagai cara dan berpikir tidak biasa (thinking out of the box) menciptakan sesuatu yang baru, hebat, dan futuristik. Pemerintah harus mampu merubah kultur masyarakat yang masih kurang concern dan peduli dengan pendidikan–terutama budaya baca–menjadi sebuah kebiasaan baru yang lebih concern dan peduli. Pemerintah harus menciptakan berbagai insentif dan stimulan untuk itu.
Masyarakat melalui perannya apakah sebagai orang tua ataupun  komunitas yang tinggal dekat dan bersama dengan siswi-siswa (dan anak-anak dalam konteks yang lebih luas), harus lebih berinisiatif untuk menciptakan lingkungan kondusif bagi siswi-siswa dalam mengenyam pendidikan. Masyarakat harus sudah sedari dini menyadari bahwa sesuatu yang layak bagi usaha maksimal dan harus mendapat perhatian penuh dalam kehidupan tidak lain ialah memastikan anak-anak mereka ataupun bukan, untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Pihak swasta juga harus terlibat proaktif dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kontribusi dan sumbangsih mereka terhadap kualitas pendidikan sangat dibutuhkan, apakah itu melalui program tanggung jawab sosial korporatnya (corporate social responsibility), maupun pemilihan model busines yang concern dan fokusnya ialah pada peningkatan kualitas pendidikan. Satu pertanyaan yang berkesadaran pendidikan ialah: apakah sudah ada toko buku yang representatif untuk peningkatan kualitas pendidikan dan peningkatan diseminasi informasi bagi siswi-siswa maupun masyarakat luas di Kotabaru? Jawabannya ialah mutlak belum!
Segala masalah yang ada akar utama masalahnya ialah pendidikan, apakah itu perilaku koruptif pejabat, kenakalan remaja, kurangnya saling menghargai di antara individu, kemiskinan, kejahatan sosial, bahkan ketidakpedulian dengan lingkungan dan berbagai perilaku negatif lainnya. Titik awal pemberangkatan dari usaha peningkatan kualitas kehidupan ialah peningkatan kualitas pendidikan.

Nama Program
            Nama program ialah “Dari Dunia Menyapa Kotabaru”.

Slogan (Tag Line)
          Slogan yang diangkat pada program ini ialah: “This is the education that elevates”. Hanya pendidikan yang mengangkat manusia. Mengangkat dalam artian di sini ialah peran pendidikan untuk peningkatan kualitas dan status berbagai sisi kehidupan. Namun, yang lebih utamanya ialah peningkatan kualitas ekonomi dan status sosial, dan kualitas hubungan manusia dengan Tuhan-Nya.

Bentuk Program
         Program satu hari yang sifatnya inspirasional, motivasional, dan pembangunan penghargaan (respect) terhadap diri sendiri (self-esteem) dan kepercayaan akan diri sendiri (self-confidence). Sesi-sesi yang dilaksanakan dalam program–urutannya–ialah:
1.      Presentasi tentang pendidikan di negara-negara yang terwakilkan oleh masing-masing mahasiswi-mahasiswa asing, serta refleksi dan pengalaman pribadi mengenai pendidikan dari setiap mahasiswi-mahasiswa.
2.      Tanya jawab
3.      Bincang-bincang dalam kelompok yang dibagi, yang di dalamnya ada satu mahasiswa asing, dengan tujuan untuk siswi-siswa memiliki pengalaman berinteraksi secara langsung dengan mahasiswa asing.
4.      Penghadiahan buku (berjumlah 6 buah) novel inspirasional yang berjudul Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna bagi mereka yang berani bertanya setelah sesi presentasi (poin 1).

Tujuan
           Tujuan dari program ini ialah agar:
1.      Terbangunnya pengetahuan dan kesadaran pada siswi-siswa bahwa segala visi dan impian di masa depan itu mungkin, sepanjang terbayarnya harga yang melekat pada visi dan impian tersebut. Hasilnya kemudian ialah siswi-siswa berani memvisikan banyak hal dan bermimpi akan masa depan.
2.      Terbangunnya konsep penghargaan (respect) terhadap diri (self-esteem) di masing-masing pikiran siswi-siswa sebagai bekal penempuhan visi dan impian masa depan.
3.      Terbangunnya kesadaran akan potensi pribadi dan kepercayaan diri siswi-siswa dalam mencapai visi dan impian masa depan.

Mahasiswi-mahasiswa yang Terlibat
           Mahasiswi dan mahasiswa yang terlibat dalam program ini ialah:
1.      Zulfakhri Auzar (Kotabaru, Indonesia)
2.      Ben Christensen (Australia)
3.      Jasmine Skene (Australia)
4.      John-Paul Kenyon (Australia)
5.      Caroline Scott-Charles (Kanada), dan
6.      Rick Kelderman (Belanda)

Waktu dan Tempat Program
        Program dilakukan dalam satu hari, yaitu Sabtu, 26 Maret 2011; dilakukan di dua tempat, yaitu: (1) SMAN 2 Kotabaru–untuk siswi-siswa SMA dan MA, dari jam 8.30 s.d. 11.30; dan kemudian di (2) SMKN 1 Kotabaru–untuk siswi-siswa SMK, dari jam 12.00 s.d.14.30.