Wednesday, February 27, 2008

Sedikit Catatan Wisuda


Having no idea is a bad thing when I am trying to write my blog..
Dan sepertinya hal itu terjadi pada waktu saya mau posting tulisan ini.

Acara wisuda yang dilaksanakan seminggu lalu tepatnya hari Rabu tanggal 20 Februari baru bisa saya rekam di blog ini. Entah karena sibuk, lelah, atau malas untuk online. Seringnya lupa akan hal-hal yang telah dilakukan untuk mengisi sisa waktu yang dihabiskan di hidup ini. The sounds bad.

By the way berbicara masalah acara wisuda kemarin, sepertinya tidak lebih impresif jika dibandingkan dengan acara perpisahan sewaktu di sekolah menengah atas dulu. Lantunan lagu nasional dari paduan suara pun tidak lebih membakar rasa nasionalisme jika dibandingkan dengan menyanyikan sendiri lagu Bendera-nya Coklat, ataupun menyanyikan lagu Indonesia Raya pada waktu konser ultahnya Gigi kemarin. Tapi tentunya ini menyenangkan dan bersyukur kepada-Nya.

Berterima kasih kepada Allah, Orang tua (khususnya Mama, walaupun berhalangan untuk hadir), Guru2/Dosen dari taman kanak-kanak sampai saat ini, baik yang formal maupun informal. Kita tahu, betapa banyak guru dalam hidup ini, walau itu hanya seorang anak kecil sekalipun. Perbedaan antara guru atau dosen formal dan informal ialah guru formal akan lebih baik jika mengikuti ujian sertifikasi, sedangkan guru informal tidak..hehe..

Tuesday, February 5, 2008

Gadis Jepang & Soto Banjar


Unik memang judul blog tersebut. Karena secara geografis keberadaan masing-masing obyek judul saya tersebut sangat jauh. Inspirasi judul tersebut datang ketika penyakit insomnia saya lagi beraksi. Tentunya bukan tanpa alasan atau judul imajinatif, melainkan life track record baru yang saya dapatkan. Hal itu saya dapatkan ketika saya mengikuti hari pertama agenda language course saya di salah satu PTS di Yogya.


Ketika sedang menunggu kelas dimulai di depan ruangan yang akan saya tempati, tiba-tiba seorang perempuan Jepang datang dan duduk di bangku dimana saya sedang duduk, artinya kami duduk berdekatan. Dan ternyata kami mempunyai level atau ruangan yang sama hasil placement test yang telah kami lakukan beberapa hari yang lalu (pada posting blog sebelumnya). Merupakan sebuah tantangan dan mengasyikkan mungkin jika saya menyapa dia. Yang mana bagi sebagian orang merupakan suatu hal yang akan sangat memacu adrenaline mereka untuk menyapa lebih dulu..hehe..Untungnya I like the this challenge, why I don’t try.


Setelah menyapa dan saling berkenalan, saya tahu namanya, kemudian dia minta saya menebak darimana dia berasal, dari logat dan parasnya tentu dengan mudah mengetahuinya, yaitu dia berasal dari Jepang. Namun ketika saya mengatakan saya berasal dari Pulau Kalimantan, sontak dia langsung terkejut, karena ternyata dia sudah pernah berwisata ke sana, bahkan sudah hampir ke semua propinsi atau kota di Pulau Kalimantan, di antaranya Banjarmasin, Pontianak, Balikpapan, dan Samarinda.


Akhirnya konversasi kami hanya membahas agenda wisatanya sewaktu di Pulau Kalimantan. Kemudian saya bertanya apakah dia juga pergi ke “Pasar Terapung” di Banjarmasin, dan ternyata dia pun juga ke sana. Yang mana mungkin kebanyakan orang sudah tahu walau hanya sedikit mengenai keadaan pasar tersebut. Sering dijadikan RCTI sebagai pengisi jeda antara satu program ke program berikutnya. Tentunya untuk menampilkan jargon “oke” mereka (RCTI oke..hehe..).


Pasar Terapung ialah sebuah pasar dimana para pelaku perdagangan (penjual-pembeli) berada di perahu di atas sungai. Bayangkan..betapa sibuk dan aktifnya mereka di atas perahu hanya untuk melakukan perdagangan, sementara masyarakat urban sangat menikmati berbelanja di supermarket ataupun mall yang bersih dan menyenangkan, dan dihibur dengan alunan musik klasik. Tapi itulah seni dan merupakan satu produk kebudayaan masyarakat di sana yang sampai saat ini masih terpelihara keberadaanya. Adapun waktu operasi pasar tersebut hanya pada waktu subuh hingga pagi menjelang siang.

Satu hal yang membuat saya tertawa melihatnya ketika dia mengingat wisata kulinernya di Banjarmasin. Terlihat dari cara berbicara dan mengekpresikannya ketika mengingat masakan khas Kalimantan Selatan, yaitu Soto Banjar. Seandainya saja nenek moyangnya dulu juga mencicipi Soto Banjar, pasti tidak akan ada yang namanya penjajahan di Indonesia oleh Jepang. Yang ada hanya acara Pak Bondan dari Jepang dalam acara Wisata Kuliner dan disiarkan di stasiun tv kerjasama pemerintah RI dan Jepang pada masa itu, kan asyik tuh nyam-nyam..hehe…Let's we cook and consume it together..


Peace, Love, & Respect for you Noe, It’s just a little bit joke of me..hehe..Semoga semakin lancar Bahasa Indonesianya…