Friday, November 7, 2008

Batik Dalam Badai

“Besok kita pakai baju batik ya..”

“Waduh..gmna akutidak punya batik?? Tapi nanti deh aku usaha in. Warnanya terserah aja ya??”

Hari ini sedikit berbeda dari hari biasanya. Salah satu mata kuliah mewajibkan kami untuk melakukan presentasi terkait isu-isu di dalamnya. Sepintas hal itu biasa, tapi kali ini, agak sedikit narsis, kita berencana untuk mengenakan batik. Yah batik.

Langit di utara sana terlihat mulai gelap, kelabu menuju hitam. Cuaca akhir-akhir ini sedikit mensyaratkan diri untuk melakukan prediksi dan langkah yang cermat untuk keluar kos, agar tidak menjadi seperti debu kecil yang di dera mungkin milyaran bahkan triliunan air dari langit, basah kehujanan.

Baju batik yang telah kupinjam dari saudara kamar sebelah sudah kusetrika. Well done and well prepared!! Segera ku kenakan dan langsung tancap gas ke kampus. Ku pacu dengan kencang kendaraan ini di antara banyaknya kendaraan lain di Yogyakarta. Terlambat sedikit saja akan kacau jadinya. Sengaja tidak ku bawa jas hujan, hanya akan menambah bobot ransel ku. Belum tiba ke kampus, hujan mulai turun. Terpaksa ku harus berteduh pada salah satu ruko di jalan dekat kampus UKDW. Hanya dalam hitungan detik gerimis menjadi lebat. Kemudian, dalam hitungan menit lebat menjadi badai. Pikirku ini hanya badai kecil. Kulihat atap sebuah ruko di depanku yang ditampar, diserbu, ditembak, dan diinjak-injak oleh jutaan armada hujan. Dia juga melawan, dia tetap tegar. Dramatis bukan…??

Lebih kurang setengah jam, kemarahan hujan superlebat mulai mereda. Aku coba menerobosnya untuk melanjutkan perjalanan ke kampus. Akan tetapi. Tidak seperti yang ku duga, hujan ternyata masih juga lebat, tetes air hujan di kota ini berdiameter lebih besar dibandingkan dengan diameter tetes air hujan di kampungku sana, entah kenapa..Sehingga aku harus berhenti dua kali dalam perjalanan.

Finally daripada terlambat, apalagi sebagai penyaji hari ini, basah tidak apalah, asal jangan basah sangat (sedikit melayu). Inilah ternyata puncak acara hari ini. Yogyakarta untuk kesekian kalinya terkena bencana, walaupun ini jauh lebih kecil dari sebelumnya. Baliho, spanduk, pohon-pohon, semuanya tumbang, meski juga ada yang bertahan. Tirai pohon di kampus tua ini sudah terbuka. Mereka tumbang, hancur, terhambur, dan messy. Grha Sabha kini tercemar keanggunannya. Padahal kawasan ini merupakan tempat yang tepat untuk beristirahat dan berlindung dari terik matahari, apalagi sambil menikmati sup buah Bandung, hmm…

Pada malam harinya, salah satu stasiun tv menyiarkan bahwa di Yogyakarta terjadi angin puting beliung. Apakah pesan-Nya untuk kampus ini?? Apakah Dia ingin mengingatkan kepada kampus ini bahwa para penuntut ilmu di dalamnya untuk lebih peduli dengan isu-isu lingkungan yang begitu urgent saat ini?? Kampus ini mungkin diminta oleh-Nya untuk lebih memberikan kontribusinya, salah satunya isu lingkungan ini.

Akhirnya aku memiliki pengalaman melihat langsung akibat dari angin puting beliung. Apakah ini yang terakhir? Sepertinya tidak, selama concern dan perilaku sehari-hari kita tidak peduli dengan isu-isu lingkungan. Global warming akan selalu menghantui dunia. Let’s save the earth, just do the little things if we can not do the bigger on our daily activity for saving the environment or at least delaying the global warming. Batik di bawah badai. Jika batik itu Indonesia, maka Indonesia tidak hanya akan berada di bawah badai saja, tapi menjadi pelanggan setia yang diterjang badai dan banjir ketika musim hujan. It has been happening…!!

Image copied from foto.detik.com

2 comments:

  1. Assalamualaikum...
    Pa kabar zul, moga baik.. masih ingat sama aku,

    ini aku kamalia..
    wah ternyata sekarang udah jadi seorang penulis yach..

    Good Luck yach Zul !!!

    ReplyDelete
  2. Assalamualaikum..
    Zul,,, Thank's yach udah visit ke blog nya aku, kabar aku baik-baik aja, mudah-mudahan kita bisa saling sharing informasinya yach.. Good LUck for U.. dear !!! See .. u...

    ReplyDelete