Sunday, February 1, 2009

APA KABAR HATIMU MR. POLICEMANS??

Dua profesi yang begitu anti bagi Razua ialah polisi dan dokter.

“Siap grak!!” seorang senior dengan galaknya memberikan komando.

Sontak kami mematuhi perintah itu. Badan tegap, mata memandang lurus ke depan, dada dibusungkan, tangan mengepal menyentuh sisi kiri-kanan pangkal paha. Jangan pernah berani untuk mengeluarkan suara keluhan atau tertawa, walau hanya cekikikan kecil. Konsekuensinya, push-up, tamparan kata-kata, pandangan tajam mata senior akan menembus bola mataku, memanaskan retina, kemudian membuat lapisan tidak tembus pandang pada sisi mata, mirip seperti glaukoma. Sehingga, tenaga kan habis, wajah merah kebiruan, dan pandangan mata gelap.

Senior dari tadi berkeliling melihat sikap tubuh kami, sudah sempurnakah atau belum. Sudah ratakah barisan kami atau belum. Sudah sejajarkah dengan teman sebelah kami masing-masing.

“PaaK!!” tiba-tiba kurasakan sakit pada punggung kanan telapak kakiku. Sakit ini mengecewakanku. Senior tersebut menendang kakiku, dia berujar kakiku tidak rapi. Namun, sakit pada kaki tidak lebih sakit pada hatiku. Aku marah!! Seolah-olah aku merasa seperti diperbudak. Aku merasa tidak dihormati. Senior ini telah membuat sobek lembaran buku hidupku pada bab”Harga Diri”. Aku terhina di tendang seperti itu, memangnya siapa dia. Demi menjadi pasukan inti untuk karnval tiga minggu lagi, aku rela berlelah-letih demi nama harum sekolahku. All things that I can do, I will.

Itulah yang membuat Razua tidak berminat menjadi polisi atau oknum aparat keamanan lainnya. Ketika hal seperti dirinya, Razua anti profesi yang satu ini. Seiring dengan perjalanan hidup, mungkin saja cita-cita profesi bisa berubah. Namun, jikapun harus menyasar ke profesi di luar cita-citanya saat ini, profesi ini akan dijadikan peringkat pertama dari beberapa profesi yang akan ditolak Razua.

Untuk menjadi dokter, Razua tidak mempunyai cerirta atau sebuah justifikasi sehingga menolak menjadi profesi ini. Mungkin hanya ketidakberanian untuk memasukkan jarum suntik yang lancip ke dalam kulit seorang pasien. Uh ngeri boy…

Tidak berbeda dengan malam biasanya. Razua nongkrong, ngobrol, bernyanyi dengan kawan (saudara) sedari kecil. Beginilah keadaan pulauku untuk menghabiskan malam. Tidak ada warnet yang open 24 jam. Apalagi perpustakaan yanh hanyaopen sampai sore. Yang ada ngobrol sampai tengah malam bahkan pagi.

Di telinga Razua menempel mp3 player. List lagu yang diputar yaitu Heal the World-nya M. Jackson dan Gaza Tonight M. Heart. Sangat menyentuh, pikiranku terbang, limbung, meroket, dan landing ke Palestina. Sedih menyaksikan kekasaran tentara-tentara Israel terhadap warga sipil dan anak-anak. Sama sekali bukan sebuah kisah yang mengesankan!!
Tidak lama, mobil patroli polisi berhenti di depan kami duduk. Dua mobil dan beberapa sepeda motor. Dengan sigap mereka semua berdiri di depan kami semua.

“Semuanya berdiri!!” salah seorang dari mereka memerintah dengan suara kerasnya.
Sontak kawan-kawanku semua berdiri. Berbeda dengan aku yang dari tadi bersandar pada sandaran kursi menikmati dua lagu tadi yang di-repeat, aku hanya keep sitting still.
“KTP dan dompet!!” salah seorang dari mereka memerintah lagi.

Aku serta merta memberikan dompetku.”Silahkah periksa dengan cermat!!” kataku dalam hati. Polisi itu menyenter dan memeriksa dompetku ke sana kemari. Bolak-balik. Buka –lipat. Sementara mp3 playerku masih aktif di telinga.

“Berdiri!! Turun ke sini!!” polisi yang pertama tadi menyuruhku lagi. Kali ini dengan lebih keras, dan aku klasifikasikan itu dengan perintah kasar. Dia berhak untuk bicara sopan dengan kami!! Kami bukan penjahat!! Aku berdiri, kupersilahkan memeriksaku. He got nothing!!
Polisi yang memeriksa dompetku kemudian mengembalikannya. He got nothing!!

“Sudah semuanya pulang!!” salah seorang polisi memerintah lagi.

“Pulang-pulang!!” beberapa polisi seperti paduan suara memerintah.

Apa-apaan?? Apa mereka tidak bisa mengetahui, mayoritas kami sudah layak untuk menikah. Pun juga, warung-warung dan kedai ponsel juga belum tutup. Menjengkelkan!! Sok kuat, terkesan represif, tanpa sapa dan salam untuk memeriksa, tidak sopan, dan tidak etiketis.

Aku heran, polisi di pulauku terkesan seperti itu. Sangat berbeda dengan polisi di pulau Jawa ketika aku khilaf melintasi rambu larangan belok. Dia mengucapkan salam ramah. Namun, ketika aku kembali ke pulauku, aku diberitahu temanku, bahwa dia ditampar seorang polisi di kepalanya ketika tidak menggunakan helm. Tanpa salam dan sapa sebelumnya. Temanku tidak sendiri yang mengalami seperti itu!! Jumawa!! Bukankah mereka memiliki seorang kapolri yang sama??

See that, mungkin ini juga alas an Razua tidak berkenan menjadi polisi. Keluhuran niat untuk melindungi dan mengayomi dari negara kepada masyarakatnya, dicoreng dengan perilaku sebagian aparat mereka. Semoga para mereka sadar akan itu. Kebetulan banyak temanku yang telah da akan menjadi seperti mereka, mudah-mudah tidak seperti mereka. Be Kind and Nice Dude!!

No comments:

Post a Comment