Monday, April 13, 2009

Impian Dari Tepi Laut


Keindahan-keindahan yang belum datang itu seakan sirna. Seolah tidak akan pernah datang. Seolah semua telah jelas terlihat di depan sana. Apa yang akan terjadi dan keadaan seperti apa yang akan terjadi. Sepertinya akan menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja.

Banyak orang mengatakan bahwa hidup itu ialah sebuah misteri. Tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi kemudian. Apa dan bagaimana itu akan terjadi, biarlah itu terjadi nantinya, dan dengan sendirinya. Dia akan memberikan sesuatu yang tidak akan pernah kau duga. Sesuatu yang sebelumnya belum kau rasa. Sesuatu yang akan membuatmu menjatuhkan air mata yang hanya sedikit itu. Entah apakah karena engkau bahagia atau memang kau terluka. Bukankah itu sebuah keindahan hidup?

Mungkin itu alasan kenapa Tuhan tidak mengizinkan sang khalifah untuk tidak meramal, memprediksi, dan meyakini sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Karena dengan itu dirimu tidak akan pernah berbahagia, was-was, takut, dan penuh pikiran atas ketakutan-ketakutan yang engkau ciptakan. Artinya, Tuhan menginginkan sang khalifah bertingkah laku yang terbaik saat-saat ini, untuk saat ini dan untuk masa depan. Biarkan Dia yang akan menguji kita dengan berbagai skenario yang Dia yakini terbaik untuk kita.

Mungkin kita boleh melakukan analisis skenario untuk menghadapi masa depan yang misterius itu. Memperhitungkan segala sesuatu yang akan terjadi pada rentang ekstrem. Kemudian memutuskan langkah selanjutnya yang terbaik. Sebuah langkah sistematis dan antisipatif. Untuk sebuah hasil, ketika kita meneteskan air mata, kita menghapusnya, dan kemudian mengatakan dengan tersenyum bahwa ini air mata kebahagiaan. Tapi, sedikit banyak tentu tidak akan sama dengan apa yang kau harapkan. Tuhan itu bijaksana.

Lagi bayangan-bayangan yang akan datang itu sepertinya akan biasa-biasa saja. Sesudah meletakkan variable pada sebuah fungsi masa depan yang akan terjadi. Hasilnya, biasa-biasa saja. Meski itu di situ terdapat kenikmatan yang indah. Analisis scenario pada rentang favorable terekstrem telah dilaksanakan. Hasilnya, ya biasa-biasa saja itu. Hal ini hanya tumbuh dari rekayasa proses pikiran yang sempit dan pendek seorang anak manusia yang menginginkan sesuatu di masa depan. Dia pikir semudah, sesederhana, dan sebiasa-biasa itu. Bodoh…!!!

Berhenti sejenak. Berpikir dan berkontemplasi lagi…


Bukankah sewaktu kecil kita ditanamkan dengan nilai-nilai indah di masa depan yang hopefully akan kita temukan. Kita memimpikannya. Untuk selalu bertingkah laku sejalan dengan impian-impian indah itu...??

Orang-orang besar menjadi besar dengan impian besar yang mereka ciptakan dan kata-kata besar yang membesarkan mereka. Impian-impian dan kata-kata besar itu mampu mengalahkan rintangan dan hambatan yang sering, susah, pelik, dan menantang itu. Meski, terkadang air mata jatuh ketika mereka merasa begitu terjatuh dan hampir menyerah. Namun, tetap bangun kembali. Sekali lagi hidup itu indah…

Impian itu tumbuh dari tepi laut di kehingan malam. Hanya dihibur oleh ombak kecil bergulung. Terkadang diterangi oleh satu bulan yang anggun dan ribuan kerlipan bintang yang jenaka. Impian itu tumbuh di pelataran kayu ulin hitam tua yang dikolongnya merupakan daratan lumpur hitam berkarang, bersampah, dan lunak. Impian itu tumbuh akan lebih jauh dari kapal tanker dan tugboat yang tertidur di tengah laut sana. Impian itu akan lebih dalam dari dalamnya laut pasang bulan desember. Impian itu akan jauh lebih mahal dari speed boat bermesin dua milik perusahaan tambang batubara terkenal yang bertambat di pelataran sebelah. Impian itu akan lebih dingin dan misterius dari angin malam, dari pekatnya laut di malam hari.

“Sudahya Ki, kita berjuang di jalan masing-masing”

Sebuah pesan pendek yang menutup percakapan tertulis jarak jauh di tengah malam. Dari saudara yang telah merubah jalan hidupnya. Dia telah jauh lebih dewasa. Untuk mewujudkan impian-impian yang tumbuh di tepi laut, di pekatnya malam, di atas lumpur hitam, di pelataran tenang kayu ulin yang dingin.

1 comment: