Saturday, December 13, 2008

FILM

Tidak mudah untuk menyatukan isi kepala…
Tidak mudah untuk meramu isi kepala untuk menghasilkan ramuan pikiran cerdas dan berseni
Dan, tidak mudah untuk saling menghargai…

“Saya kira ini menjadi standard presentasi kita”

Kalimat itu merupakan sebuah apresiasi seni dari dosen, seni drama yang ditampilkan oleh kelompok penyaji. Itu juga merupakan jawaban pertanyaan dalam kepala kami, apa sebenarnya yang dimaksud dosen dengan “kejutkan saya atas presentasi kalian!”. Dalam mindset kami, presentasi ya presentasi, commonly menggunakan bantuan powerpoint atau software-sofware tertentu yang mempunyai fungsi terkait dengan presentasi.

“Debb!!”

Bola imajinasi yang memantul-mantul di kepala tiba-tiba terdiam dengan sendiri. Hung!, no idea. Dengan cara apa bisa perform ‘the shocking/surprising presentation”. Haruskah drama lagi? Jawabannya: pengekor, tidak kreatif, dan tradisional.

Dua hari aku pikirkan, rencana membuat film menemukan titik terang. Akhirnya-selama empat jam-aku berhasil menuliskan script film yang akan menjadi proyek besar kami nantinya. “Love and the Cost Accounting: A Couple of Curse” itu judulnya.

Awalnya, menjengkelkan ketika terciptanya sebuah standar dalam tugas presentasi yang harus kami lakukan. Kami harus bekerja keras. Harus berfikir keras dan kreatif. At the end, ternyata sebuah standar memacu kita untuk bertindak at least commensurate with the standard, or you can do more…

Katakan padaku, apa atau adakah sebenarnya yang membuat sebuah film bernilai seni tinggi? Pertanyaan itu mencuat dariku setelah mengetahui bahwa membuat film itu susah, complicated. Tidak hanya untuk film itu sendiri, tetapi juga untuk para involved human capital. Menyesuaikan waktu luang, saling menghargai isi kepala, bersama-sama meramu resep-resep imajinatif untuk diterapkan di film, saling tenggang rasa, saling pengertian, dan saling seterusnya, respectively, jikalau mau lihat list “saling’ itu, lihatlah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dari kelas 4 s.d. kelas 6 sekolah dasar.

Mudah-mudahan film kami diapresiasi, dihargai, atau mudah-mudahan it will beyond the standard….

No comments:

Post a Comment