Wednesday, May 28, 2008

Ahistoris dan Kontraproduktif!, Sangat Disesalkan...

Lagi-lagi anomali ritual dalam demonstrasi terjadi. Hal ini ditayangkan oleh salah satu stasiun tv swasta pada tanggal 27 Mei 2008 pukul 06.05 wib. Kali ini benar-benar bodoh, kurang ajar, dan tidak tahu diri.


Aksi menentang kenaikan BBM dengan penurunan Bendera Merah Putih Kantor Bupati di Minahasa yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat yang bernama GEBRAK, Gerakan Bela Rakyat, sungguh sangat tidak bisa saya terima. Tidak hanya itu, Merah Putih pun sampai jatuh ke tanah. Lebih tidak bisa saya terima.


Saya merasa heran dan saya harus menghakimi secara pribadi dengan kalimat kedua pada paragraph pertama di tulisan saya ini. Keheranan saya, apa relevansi kenaikan BBM dengan penurunan bendera, dan kemudian terjatuh ke atas tanah? Bukankah sebuah penghinaan secara langsung oleh bangsa sendiri? Oleh segelintir masyarakat yang tidak tahu diri. Yang benar-benar melupakan jasa-jasa para pahlawannya. Lagi-lagi terjadi paradoksal dan kontradiktif dengan sebuah kata pepatah, “bahwa bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya”.


Apakah mereka lupa dengan jumlah yang tidak terkira atas nyawa yang harus melayang hanya untuk mengibarkan Bendera yang mulia itu. Sekali lagi, Sang Saka Merah Putih yang mulia. Tidakkah mereka ingat bagaimana kerja keras para atlet hanya untuk Sang Saka tersebut dikibarkan di luar negeri.


Pada saat itu sebenarnya juga ada beberapa aparat dari polisi pamong praja. Dan seharusnya mereka bertindak untuk melarang hal tersebut dilakukan. Walaupun kemudian aparat ini yang mengambil dan melipat bendera tersebut. Satu hal yang harus diingat, tidak pernah ada kata takut untuk bela dan kehormatan negara!!!


Mudah-mudahan mereka sadar akan ketidakwarasan itu. Dan jangan pernah ada hal seperti itu terjadi lagi. Dengan kata lain, bangsa Indonesia harus tahu diri dengan segala sikap dan perbuatannya!!!


Demonstrasi haruslah demonstrasi yang elegan. Demonstrasi seharusnya tidak bersifat ahistoris. Dan demonstrasi tidak boleh kontraproduktif terhadap pembangunan negara secara fisik dan pembangunan mental bangsa.


Tidak pernahkah terpikir oleh para demonstran bahwa di lokasi demontrasi dan di rumah-rumah, para generasi umur belasan dan baru menginjak umur remaja melihat aksi-aksi mereka, dalam hal ini kita bicara anarkisme yang sedang terjadi dalam demonstrasi. Itukah yang akan ditiru oleh generasi itu nantinya?


Bom Molotov dan pembakaran ban di tengah jalan seolah mengalami justifikasi perilaku dan memungkinkan menjadi sebuah budaya atau habit bangsa Indonesia dalam berdemonstrasi. Lebih jauh, ditemukannya ganja dan minuman keras dalam demonstrasi mahasiswa, mungkinkah juga akan mengalami justifikasi itu?


Sebuah peryataan yang harus selalu diingat dan diwaspadai oleh bangsa Indonesia dari Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, sebaliknya perjuanganmu akan lebih susah karena melawan bangsamu sendiri”. Artinya bangsa Indonesia harus sadar bahwa hambatan dan musuh utama dalam mencapai cita-cita kemerdekaan tidak lain ialah diri sendiri. Kita sendirilah yang menyebabkan kemerosotan ini. Jikapun kita diolok-olok, dijajah, serta kekayaan kita dirampas oleh bangsa lain, itu semua dikarenakan kita lemah dan ketidakmampuan kita dalam melawan diri sendiri. Tidak mampu menahan nafsu untuk melakukan perilaku/perbuatan yang kontraproduktif terhadap kemajuan Indonesia. Mungkin kasus di atas bisa dijadikan contohnya.

No comments:

Post a Comment